Syaugi mengungkapkan, tim penyelam pun sudah menggunakan senter untuk mencari korban di dalam air. Akan tetapi, senter tersebut hanya bisa menjangkau jarak pandang 5 meter.
"Kendala yang dihadapi apa? Pertama, cuaca di situ, bila hujan. Dinginnya air. Menyelam pada malam hari bisa dibayangkan betapa dinginnya," jelas Syaugi.
Syaugi mengaku masih kesulitan mencari korban. Saat ini, pihaknya fokus pada pencarian kapal. Ia menduga korban yang hilang terjebak di dalam badan kapal.
Baca juga: Nakhoda KM Sinar Bangun Tak Tercantum di Daftar Korban, Diduga Tak Ikut Berlayar
"Kemungkinan orang-orang masih banyak yang di dalam kapal, makanya kita mencari kapal itu. Karena sampai 4 hari kita mencari di permukaan hanya menemukan tiga orang itu (korban meninggal)," kata Syaugi di Posko Terpadu Kecelakaan KM Sinar Bangun, Simalungun, Sumatera Utara, Kamis (21/6/2018).
"Kami belum mendapatkan korban lain lagi sampai hari ini, sampai sekarang kita juga masih menunggu manifes yang betul itu berapa, karena masih simpang siur," kata Syaugi.
Optimalkan pencarian
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berjanji akan terus mengoptimalkan pencarian korban tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun di Perairan Danau Toba.
Budi menegaskan, pihaknya terus memperkuat kerjasama dengan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, Polri, TNI, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan masyarakat setempat.
Baca juga: KM Sinar Bangun Tenggelam di Danau Toba, Polisi Periksa 7 Saksi
Menurut Budi, setiap pihak telah bekerja sesuai tugasnya masing-masing, mulai dari pencarian korban, pengumpulan fakta-fakta peristiwa dan investigasi, hingga identifikasi korban.
"Kami akan lakukan semua itu konsisten, kami akan optimalkan pencarian agar apa yang kami peroleh bisa lebih banyak dan bisa memberikan ketegasan bahwa kita memang mampu," kata Budi di Posko Kecelakaan KM Sinar Bangun Dermaga Tigaras, Simalungun, Sumatera Utara, Kamis (21/6/2018).
Budi kembali menegaskan pemerintah serius menangani peristiwa ini. Presiden, kata Budi, telah menginstruksikan dirinya dan pihak-pihak terkait untuk mengedepankan pencarian secara terpadu.
Baca juga: Polisi Tangkap Nakhoda KM Sinar Bangun di Samosir
Di sisi lain, ia berharap kepada Basarnas untuk lebih berjuang keras dalam mendapatkan korban yang masih hilang.
"Dan KNKT juga melakukan pencarian fakta agar kita bisa mengetahui sebab-sebab kecelakaan dan dasar bagi kita untuk memperbaiki tata kelola pelayaran di Indonesia dan khususnya di Danau Toba," kata dia.
Untuk mendukung pencarian, TNI juga menerjunkan 25 anggota Pasukan Katak.
Baca juga: Panglima TNI dan Kapolri Tinjau Pencarian Penumpang KM Sinar Bangun
TNI juga mengirimkan alat khusus dari Pusat Hidro-Oseanografi (Hidros) TNI AL untuk melihat dasar dan kontur permukaan Danau Toba. Alat itu diharapkan mampu menemukan lokasi persis tenggelamnya kapal.
Basarnas juga memperluas empat sektor pencarian korban tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun di Perairan Danau Toba hingga 10 kilometer dari lokasi perkiraan tenggelamnya kapal.
Sebab, Basarnas dan tim pencari lainnya belum menemukan korban lainnya.
"Kami lihat kalau belum ketemu tentu lebih diperluas lagi karena air ada arusnya. Kita punya perhitungan tersendiri, tetap dibagi ke dalam empat sektor dan dibagi di sekitar lokasi perkiraan tenggelamnya kapal, kita bagi 4 sektor sejauh 10 kilometer," kata Syaugi di Posko Terpadu Kecelakaan KM Sinar Bangun di Dermaga Tigaras, Simalungun, Sumatera Utara, Kamis (21/6/2018).
Baca juga: KM Sinar Bangun Tak Miliki Manifes dan Surat Izin Berlayar
Sementara itu Kapolri Tito Karnavian juga menilai data yang hanya didapat dari satu sumber belum bisa dikatakan valid.
Ia memerintahkan jajaran Polres Simangulun dan Polres Samosir mencari sumber data alternatif untuk memastikan jumlah penumpang KM Sinar Bangun.