"Kita masukin saja tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan sebagainya untuk ikut mendidik mereka dengan baik. Saya kira dengan adanya upaya pembinaan ini, kita berpikir pada pentingnya kontektualitas pendidikan Pancasila," paparnya.
Pendampingan kampus
Hal senada juga diungkapkan Rektor Universitas Brawijaya yang baru terpilih, Nuhfil Hanani. Pendekatan lunak memudahkan penanganan bibit radikalisme di kampus.
"Pendekatan keamanan iya, tapi pendekatan itu berorientasi pada deteksi dini," kata Hanani.
Baca juga: Cegah Radikalisme di Kampus, Ini Empat Instrumen yang Dapat Digunakan
Menurut dia, bibit radikalisme tumbuh akibat lunturnya nasionalisme dan pemahaman yang keliru dalam keagamaan. Situasi itu bisa diperkeruh dengan masuknya ajaran radikal dari luar negeri.
"Kemudian, yang tidak kalah penting, ada buku-buku dari luar yang tidak sesuai (dengan Pancasila) dimuat di internet dan bisa diakses. Penting bagi kita agar buku-buku itu disaring," ungkap dia.
Nuhfil mengungkapkan, langkah yang dilakukan berupa pendampingan kegiatan keagamaan oleh pihak kampus dan tokoh keagamaan moderat hingga pemberdayaan organisasi di luar kampus yang berwawasan keindonesiaan dan menjunjung Pancasila.
Baca juga: Cegah Radikalisme Masuk Kampus, Menristek Punya Tiga Cara Pengawasan
"Kemudian pendekatan akademis di universitas menjadi kunci dengan memberikan pengetahuan dan informasi tentang wawasan keindonesiaan, Pancasila ke mahasiswa yang sistemnya bukan ditekan, dipaksa, tapi diajak (melalui) diskusi segala macamnya" kata dia.
Ia yakin, jika langkah-langkah itu dilakukan, pertumbuhan bibit radikalisme bisa ditekan dengan baik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.