KOMPAS.com - Kereta api, dari masa ke masa, masih menjadi transportasi primadona. Apalagi, pada musim mudik menjelang Lebaran.
Perburuan tiket kereta api biasanya dilakukan tiga bulan sebelum keberangkatan. Dengan sistem online, pembelian dan pemesanan tiket menjadi lebih mudah.
Tak hanya sistem, bentuk tiket kereta api juga terus mengalami perubahan. Bagaimana bentuk tiket kereta api dari masa ke masa?
Ini dia ceritanya...
1.Tiket Edmondson
Tiket ini dulunya digunakan pada masa awal perkeretaapian di indonesia. Terbuat dari karton dengan ukuran sekitar 6 cm x 3 cm dan mudah disimpan di dalam saku.
Model tiket Edmondson pertama kali diperkenalkan pada 1840 di Inggris.
Pencetusnya adalah Thomas Edmondson yang saat itu menjabat kepala stasiun di Newcastle dan Carlisle.
Baca juga: Pemudik, Inilah Tiket Kereta Api yang Masih Tersedia
Ia memperkenalkan model tiket ini rute kereta api Manchester dan Leeds pada 1840-an.
Penggunaan sistem tiket ini kemudian diadopsi oleh beberapa negara di Eropa seperti Perancis, Jerman, Polandia, Swiss, Belanda, bahkan hingga ke luar Eropa seperti Australia, Argentina, dan Hindia Belanda saat Staats Spoorwegen (SS) memperkenalkan sistem tiket itu.
Tiket Edmondson dibuat dengan pola dan warna yang berbeda untuk membedakan tujuan dan kelas (bisnis, ekonomi, eksekutif).
Tujuannya, agar petugas bisa mengecek validitas data penumpang.
Di Indonesia, tiket Edmondson digunakan pada era Hindia Belanda oleh maskapai kereta api NIS (Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij) pada 1897 untuk rute Semarang-Solo-Yogyakarta.
Kemudian, pada 1873 digunakan untuk tiket lintas Batavia-Buitenzorg, dan pada 1878 juga digunakan oleh maskapai SS (Staats Spoorwegen) untuk rute Surabaya ke Pasuruan.
Setelah kereta api diambil alih oleh Negara Republik Indonesia, karcis Edmondson tetap digunakan hingga berhentinya pencetakan tiket Edmondson pada Oktober 2009.
2.Tiket kereta api tahun 2009