DUKA dan bahagia menjadi wajah pembeda antara warga Palestina dan Israel. Ini terkait pembukaan kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Jerusalem pada Senin (14/5/2018).
Di kawasan Palestina, terutama Jalur Gaza, warga Palestina mengecam kebijakan Pemerintah AS itu. Adapun warga Israel di kota Jerusalem bersuka cita atas diplomasi pemerintah AS dan manuver Presiden Donald Trump.
Amarah dan duka terasa kontras dengan aroma kebahagiaan di kawasan yang secara geografis berjarak dekat tetapi terasa berjarak dengan sejarah kelam selama beberapa abad lamanya.
Status Kota Jerusalem memang menjadi rebutan antara Israel dan Palestina dalam konflik panjang. Di Indonesia, isu Jerusalem juga sering menjadi wacana politik sekaligus isu hangat antar-warga di media sosial.
Jerusalem yang anggun, Jalur Gaza yang penuh darah dan air mata
Konflik Israel dan Palestina menjadi catatan sejarah panjang krisis kemanusiaan. Dalam serangkaian bentrokan keras pertama di kawasan Gaza setelah perang pada 2014, tentara Israel telah menewaskan 55 orang dan melukai lebih dari 2.700 warga Palestina.
Data tersebut disampaikan oleh pemerintah Israel, di tengah kobaran konflik di Jalur Gaza, yang memanaskan hubungan antarwarga perbatasan Israel dan Palestina.
Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, mengungkapkan bahwa pihaknya membela diri dari kelompok Islamis yang menguasai Gaza, yakni Hamas.
Baca juga: AS Salahkan Hamas atas Tewasnya 55 Warga Palestina
Saat ini, warga Israel tengah merayakan 70 tahun kedaulatan negara, yang berdiri sejak 15 Mei 1948. Adapun warga Palestina menganggap perayaan itu sebagai hari malapetaka, Nakhba.
Peringatan Nakhba, menjadi tanda sejarah ketika ratusan ribu warga Palestina terusir dari rumah mereka dalam beberapa rangkaian perang.
Lalu, bentrok antara warga Palestina dan militer Israel terjadi bersamaan dengan pembukaan secara resmi Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jerusalem. Peresmian ini memicu rangkaian demonstrasi serta kemarahan warga Palestina.
Langkah Presiden Trump yang gigih memindahkan kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Jerussalem, dianggap oleh warga Palestina, sebagai bentuk dukungan AS untuk penguasaan Israel atas seluruh kawasan Jerusalem.
Padahal, selama ini, bagian timur Jerusalem menjadi teritori Palestina, serta direncanakan menjadi ibu kota negara pada masa depan.
Jerusalem, jejak air mata
Mengapa langkah politik Presiden Trump menjadi kontroversial?