Harapannya jika bertemu, maka akan mudah melakukan operasi gelap ini, dalam kaitannya untuk membenturkan kedua kelompok.
Tanda selanjutnya menurut Tofa, adanya kejanggalan pada Susi Ferawati yang menjadi korban intimidasi bersama anaknya, pada CFD pekan lalu.
“Susi tahu bahwa kubu yang berseberangan ada di depannya, namun ia nekat berjalan menuju ke sana”, kata Mustofa.
Tiga alasan inilah, yang membuat Tofa yakin bahwa ada operasi intelijen yang bekerja saat itu, selain Video rekaman intimidasi yang dinilainya terlalu sempurna.
Kubu bercampur
Saya mencoba mewawancarai Susi Ferawati, terkait dua tudingan Tofa, kepadanya.
Pertama soal gelang yang dipakai Susi dan tudingan penanda yang biasa digunakan dalam sebuah operasi intelijen.
Susi mengatakan gelang itu, bukan baru ia gunakan, melainkan sejak tahun lalu. Ia membelinya di Madinah, Arab Saudi, dan kerap dipakainya untuk berdzikir.
Selanjutnya soal “nekat” melipir ke kubu yang berbeda, Susi mengungkapkan bahwa ia bersama kelima rekan termasuk anaknya, memang berjalan dari arah Monas menuju ke Bundaran HI.
Dan selama perjalan itu, sekitar 3 kilometer, ia tidak menemukan kubu–kubu seperti yang selama ini diperkirakan.
Justru ia menemui selama perjalanan, dua kubu #DiaSibukKerja yang merupakan pendukung Jokowi, dengan kubu #2019GantiPresiden yang merupakan yang berseberangan, bercampur baur selama perjalanan.
“Saya melihat, kedua kelompok ini berbaur di sepanjang jalan Thamrin sampai di depan Hotel Pullman, jadi tidak ada kecurigaan saya akan terjadi sesuatu di depan”, papar Susi.
Mudah dilihat
Lalu mana yang benar dari pernyataan keduanya? Dan mungkinkah ada operasi intelijen di balik insiden saat CFD yang berujung pada Intimidasi pekan lalu?
Saat pertanyaan ini saya ajukan kepada mantan Perwira Tinggi TNI yang mayoritas kariernya dihabiskan di dunia Intelijen, Laksamana Muda (Purn) Soleman Ponto, ia menjawab, “sangat mungkin ada operasi intelijen di CFD!”