JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, butuh waktu berpuluh-puluh tahun untuk merehabilitasi negara-negara Islam yang hancur karena konflik internal maupun eksternal.
Konflik internal itu terjadi karena merebaknya paham Islam radikal dalam suatu negara. Sedangkan konflik eksternal terjadi karena intervensi negara lain.
"Butuh (waktu) 50 tahun untuk kembali baik. Suatu kerugian yang luar biasa," kata Kalla ketika menutup Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Cendikiawan Muslim se-Dunia Wasathiyah Islam, di Istana Wakil Presiden RI, Jakarta, Kamis (3/5/2018).
Baca juga: 100 Ulama dan Cendikiawan Muslim Dunia Kumpul di Istana Bogor
Bahkan, kata Kalla, konflik tersebut sampai hari ini masih terjadi di sejumlah negara Islam. Adapun imbasnya adalah kehancuran negara tersebut.
"Tentu sangat disayangkan," kata Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia tersebut.
Karenanya, ia mengajak semua ulama di dunia, menghentikan ajaran-ajaran Islam yang bisa menciptakan pemikiran radikal dan menyebabkan konflik.
"Itulah tugas kita semua para pemimpin agama, para alim ulama," kata Kalla.
Kalla pun berharap, tercipta kedamaian di negara-negara Islam yang masih berkonflik. Ia menegaskan butuh waktu yang tidak sebentar untuk merehabilitasi negara yang hancur karena konflik.
"Mudah-mudahan saja dunia Islam dalam abad ini, memasuki abad pertengahan, dapat kita mencapai kedamaian dan kemakmuran," ucap dia.
Baca juga: Buka KTT Wasathiyah Islam, Jokowi Perkenalkan Keberagaman Indonesia
"Untuk merehabilitasi negara-negara Islam yang terjadi kehancuran akan butuh puluhan tahun, baru kembali ke keadaan normal. Alangkah mahalnya dan alangkah berbahayanya seperti itu," tuturnya.
Sebelumnya, KTT Wasithiyah Islam dihadiri 100 lebih ulama dan cendikiawan Muslim se-dunia. Selama tiga hari KTT tersebut digelar di Istana Presiden RI, Bogor, Jawa Barat.
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban Din Syamsudin mengatakan, KTT ini diharapkan dapat mendorong gerakan bersama Islam moderat di dunia.
Sekaligus menyingkirkan wawasan Islam yang bersifat fundamentalis, ekstremis dan radikalis yang belakangan menyebabkan krisis peradaban.
Baca juga: Jokowi: Gerakan Islam Moderat di Dunia Semakin Kuat
"Memang tidak ada solusi bagi problematika peradaban dunia kecuali dengan wasathiyah Islam. Tidak terjebak pada radikalisme, fundamentalisme dan ekstremisme," kata Din.
Rangkuman pertemuan ini akan diberi tajuk "Bogor Message" dan akan dijadikan acuan para ulama dan cendikiawan Muslim sedunia.