JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) PAN Viva Yoga Mauladi mengatakan, partainya belum bisa memutuskan dukungan di pilpres meski saat ini elektabilitas Presiden Jokowi meningkat dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menurun.
Hal itu disampaikan Yoga menanggapi hasil survei Litbang Kompas dimana elektabilitas Jokowi mencapai 55,9 persen dan Prabowo 14,1 persen.
"Soal PAN itu akan ditentukan Rakernas (Rapat Kerja Nasional). Rakernas tahun 2017 telah ditetapkan saudaraku Ketum PAN Zulkifli Hasan untuk maju di pilpres, apakah maju sebagai capres atau cawapres," kata Yoga di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/4/2018).
(Baca juga: PKB Sebut Elektabilitas Jokowi-Prabowo Jadi Pertimbangan Arah Dukungan)
Menurut dia, sebagai petahana, wajar bila elektabilitas Jokowi terus meningkat. Sebab, lanjut dia, Jokowi terus menunjukan kinerjanya di hadapan publik.
Ia menambahkan, survei memang penting untuk mengukur dan memprediksi tingkat keterpilihan seorang calon presiden (capres).
Namun, ia mengatakan, seorang capres juga harus memperhatikan dinamika yang terjadi sebelum pilpres. Salah satunya yakni peta kemenangan masing-masing partai di Pilkada 2018.
Menurut, Yoga, hal itu juga akan memengaruhi peta koalisi di Pilpres 2019.
"Kita akan lihat peta dinamika yang ada setelah pilkada, akan kita lihat pilihan koalisi PAN mau koalisi sama siapa," lanjut dia.
(Baca juga: Fadli Zon Yakin Elektabilitas Prabowo Naik Setelah Rakornas Gerindra)
Survei Litbang Kompas menunjukkan elektabilitas Presiden Joko Widodo mengalami kenaikan. Sementara elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menjadi penantang terkuat petahana justru mengalami penurunan.
Dikutip dari Kompas hari ini, Senin (23/4/2018), responden yang memilih Jokowi apabila pilpres digelar saat ini mencapai 55,9 persen. Angka itu meningkat dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya, elektabilitas Jokowi masih 46,3 persen.
Sementara itu, potensi keterpilihan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto 14,1 persen, turun dari hasil survei enam bulan lalu yang merekam angka 18,2 persen.
Survei ini dilakukan pada 21 Maret-1 April 2018 sebelum Prabowo menyatakan kesiapannya maju sebagai calon presiden di Rakornas Partai Gerindra, 11 April lalu.
(Baca juga: Politisi PDI-P: Selama Ini Jokowi Dianggap Pencitraan, Ternyata Hasil Surveinya Naik)
Naiknya elektabilitas Jokowi dan turunnya potensi keterpilihan tokoh-tokoh penantangnya bisa dijelaskan dari dua sisi. Pertama, naiknya kepuasan terhadap kinerja pemerintahan Jokowi. Kedua, masih kaburnya kepastian calon penantangnya untuk maju dalam Pemilu 2019.
Survei tatap muka ini dilakukan kepada 1.200 responden secara periodik oleh Litbang Kompas pada 21 Maret-1 April 2018.
Populasi survei warga Indonesia berusia di atas 17 tahun. Reponden dipilih secara acak bertingkat di 32 provinsi Indonesia dan jumlahnya ditentukan secara proporsional.
Tingkat kepercayaan survei ini 95 persen, margin of error plus minus 2,8 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.