JAKARTA, KOMPAS.com — Pakar psikologi politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk menilai, akan banyak pemilih yang kecewa apabila Prabowo Subianto tidak maju sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 2019.
Sebab, berdasarkan pengamatan Hamdi, jumlah pemilih Prabowo yang bersifat konsisten masih cukup besar di Indonesia.
"Itu dilema yang dialami Gerindra sekarang bahwa jika Prabowo menjadi king maker, pendukung fanatiknya belum tentu mau memilih (sosok yang ditunjuk jadi capres). Sebab, dasar memilih itu adalah sosok Prabowo-nya sendiri," ujar Hamdi saat dijumpai di Kantor PSI, Jakarta Pusat, Sabtu (21/4/2018).
(Baca juga: Ini Respons Prabowo saat Ditanya Kepastian Maju Sebagai Capres)
Apalagi, berdasarkan riset yang pernah dilakukan Hamdi, pemilih Prabowo itu lekat dengan Gerindra.
Artinya, pemilih Gerindra pasti memilih Prabowo dan begitu pula sebaliknya.
Kasus yang sama, lanjut Hamdi, berlaku juga pada sifat pemilih Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
"Belum tentu juga (sosok pengganti Prabowo jadi capres) bisa di-Gerindra-kan dalam waktu cepat. Karena di mata pendukung, Gerindra dan Prabowo itu satu paket dan jumlah pemilih seperti ini cukup besar meskipun di survei hanya terdeteksi 20-30 persen," ujar Hamdi.
(Baca juga: Prabowo: Hubungan Saya dengan PKS Sudah Cukup Kental, Dekat, dan Mesra)
Namun, apabila Gerindra menempatkan Prabowo sebagai king maker dan menyerahkan tiket capres kepada sosok baru, apalagi di luar Gerindra dan PKS, Hamdi menyarankan kedua partai itu untuk berpikir bagaimana menjaga pemilih fanatik.
"Kalaupun mau dialihkan ke non-Prabowo, saya kira koalisi itu harus berpikir keras apakah cukup waktu untuk tiba-tiba di-switch itu. Karena pemilih fanatik itu Prabowo harga mati dan jumlahnya besar," lanjut Hamdi.
Wakil Ketua Partai Gerindra Fadli Zon sebelumnya menegaskan, Prabowo tidak akan menjadi king maker dalam Pilpres 2019.
Prabowo tidak pernah mengeluarkan pernyataan ingin menjadi king maker. Sebaliknya, Prabowo mengatakan ingin menjadi capres.
(Baca juga: Survei Cyrus Network: Elektabilitas Jokowi 58,5 Persen, Prabowo 21,8 Persen)
Apalagi, Prabowo telah menerima mandat dari Gerindra untuk maju sebagai calon presiden.
Hal tersebut, lanjut dia, bersifat final dan mengikat serta tidak mungkin berubah di tengah jalan.
"Proses masing-masing parpol kami tahu, kami hargai, tetapi Gerindra sudah final. Tentang bab king maker itu tertutup, bab tentang cawapres juga tertutup. Pak Prabowo maju sebagai capres," kata Fadli.
Namun, hingga saat ini Prabowo belum melakukan deklarasi sebagai capres. Koalisi pun belum terbentuk.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.