JAKARTA, KOMPAS.com - Mayoritas masyarakat ingin 2019 Indonesia memiliki presiden baru. Hal ini terlihat dari survei Media Survei Nasional (Median) pada 24 Maret-6 April 2018.
Survei bertanya ke responden, apakah pada 2019 nanti sebaiknya Jokowi lanjut memimpin lagi menjadi Presiden RI atau sebagainya digantikan dengan tokoh lain?
Hasilnya, 46,37 persen responden memilih Jokowi diganti tokoh lain pada 2019. Sementara, 45,22 persen responden yang ingin Jokowi kembali memimpin. Sebanyak 8,41 persen responden lainnya tak menjawab.
Direktur Riset Median, Sudarto mengatakan, lebih banyak responden yang ingin Jokowi diganti karena ada ketidakpuasan, khususnya di bidang ekonomi.
"Sebagian besar kepuasan terhadap kinerja ekonomi Jokowi belum naik sampai April. Ada ketidakpuasan terhadap mahalnya harga listrik, sembako, cari kerja susah," kata Sudarto.
(Baca juga: Idrus Marham Nilai Jokowi Perlu Tuntaskan Program Kerjanya Dua Periode)
Menurut Sudarto, keunggulan pemerintahan Jokowi di bidang pembangunan infrastruktur juga belum bisa menutupi ketidakpuasan tersebut. Sebab, banyak infrastruktur yang belum selesai sehingga tidak terlalu berdampak ke masyarakat.
Di sisi lain, ia juga menilai gerakan tagar #2019GantiPresiden juga mempengaruhi masyarakat untuk tidak memilih petahana.
"Itu kan sudah jadi gerakan sosial di masyarakat, sampai dicetak dan dijual-beli kausnya. Artinya masyarakat punya sense yang sama dengan gerakan #2019GantiPresiden itu," kata dia.
Populasi survei ini adalah seluruh warga Indonesia yang memiliki hak pilih. Sampelnya sebanyak 1200 responden.
Margin of error dalam survei ini adalah plus minus 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Artinya, ada peluang angka survei meleset lebih besar atau kecil sampai 2,9 persen.
Sampel dipilih secara random dengan teknik multisatge random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender. Sudarto menegaskan survei dibiayai secara mandiri.
(Baca juga: Jokowi: Masak Pakai Kaus #2019gantipresiden Bisa Ganti Presiden...)