Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita di Asmat dan Asa Penantian atas Panglima Perang...

Kompas.com - 15/04/2018, 08:20 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Entah apa saja tombol yang ditekan Kapten TNI Yanuar dari kemudinya. Namun, helikopter Bell 412 milik Pusat Penerbangan TNI Angkatan Darat Timika itu perlahan turun dari ketingian, hingga akhirnya mulus mendarat di tanah yang sedikit basah.

Selamat datang di Kabupaten Asmat...

Kompas.com berkesempatan menginjakkan kaki di kabupaten yang terletak di selatan bumi Papua itu pada 12 April 2018 lalu. Kami hendak meliput kunjungan kerja Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana yang tiba pada siang harinya.

Perjalanan ke Asmat berawal dari Kota Timika. Pukul 06.00 Waktu Indonesia Timur, pesawat Garuda Indonesia yang kami tumpangi mendarat di Bandar Udara Mozes Kilangin di Timika.

(Baca juga: Tiba di Agats, Jokowi Presiden Pertama yang Injak Tanah Asmat)

 

Dari sana, minibus milik bandara mengantar kami ke Markas Puspenerbad. Jaraknya sekitar 1 kilometer.

"Selamat datang di Markas Puspenerbad. Kapan-kapan kalau ke Timika, silahkan ya main-main ke sini," sapa pilot helikopter, Kapten TNI Yanuar.

Kami menumpang helikopter TNI AD menuju ke kabupaten seluas 29.658 kilometer persegi tersebut.

Usai briefing singkat mengenai seluk beluk penerbangan dari Timika menuju Asmat, kami menaiki helikopter berkapasitas 8 orang itu satu per satu. Sabuk pengaman telah terpasang melintangi dada. Mesin heli kian meraung kencang, helikopter perlahan membawa kami ke udara.

 

Masih Terisolasi

Hingga saat ini, memang belum ada jalan darat menuju Asmat. Hanya tersedia jalur udara yang cukup menguras kocek dan sungai yang tentunya menguras waktu.

Pesawat menuju Asmat tersedia setiap hari. Ada yang dari Timika, ada pula yang dari Merauke. Pesawat yang digunakan rata-rata berkapasitas maksimal 17 orang.

(Baca juga: Wajah Asmat di Agats)

 

Harga tiket pesawat lebih murah jika terbang dari Merauke. Hanya sekitar Rp 300.000. Sebab, pemerintah setempat mensubsidinya. Sementara dari Timika, harga tiket pesawat bisa mencapai Rp 1,7 juta hingga lebih dari Rp 2 juta.

Pesawat pun tidak dapat mendarat di Agats, Ibu Kota Kabupaten Asmat. Pesawat itu hanya mendarat di Distrik Ewer dan harus melanjutkannya dengan mengarungi jalur sungai selama sekitar 20 menit menggunakan speed boat yang per orangnya dikenakan biaya Rp 100.000.

Selain jalur udara, jalur sungai juga dapat ditempuh dari Timika. Tiga kapal besar, di antaranya Sirimau dan Leuser, berlabuh di Pelabuhan Agats sekali dalam dua pekan. Harga tiket cukup terjangkau, yakni hanya Rp 120.ooo per orang. Hanya saja, waktu tempuh yang dibutuhkan mencapai 6 jam.

Selain itu, ada speed boat yang bisa digunakan selama hari masih terang. Tapi, meski waktu tempuhnya hanya sekitar 4 jam, harga tiket per orangnya cukup mahal, yakni Rp 1,5 juta.

(Baca juga: Jokowi Beberkan Infrastruktur yang Akan Dibangun di Asmat)

Warga setempat jarang ada yang menumpang pesawat terbang. Mereka kebanyakan memanfaatkan jalur sungai untuk mobilitas.

 

Jaringan Telekomunikasi Buruk

Tepat pukul 08.30 WIT, helikopter kami mendarat di Bandara Ewer. Beruntung, kami tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam atau menempuh waktu berjam-jam untuk bisa sampai ke Asmat. Helikopter yang kami tumpangi hanya membutuhkan waktu sekitar 50 menit sampai mendarat di Distrik Ewer.

Sebenarnya kami bisa mendarat di Pelabuhan Agats. Namun, karena personel TNI dan Polri sedang melakukan gelar pasukan di lapangan pelabuhan sebagai persiapan kedatangan rombongan presiden, maka Kapten TNI Yanuar membawa kami ke Ewer untuk melanjutkan perjalanan dengan speed boat.

Usai sekitar 15 menit terombang-ambing di Sungai Asewetsj, speed boat berkapasitas 4 orang bersandar di pelabuhan kecil di Agats.

(Baca juga: Jokowi: Saya Pesan Pak Bupati Asmat, Gizi Anak Betul-betul Diperhatikan)

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo berbincang dengan ibu dengan balita saat penyerahan gizi makanan tambahan di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Kamis (12/4). Kunjungan kerja Presiden ke Asmat diantaranya untuk pemberian gizi makanan tambahan bagi ibu hamil dan anak-anak, memeriksa pembangunan tampungan air hujan serta pembangunan rumah bagi warga Asmat. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo berbincang dengan ibu dengan balita saat penyerahan gizi makanan tambahan di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Kamis (12/4). Kunjungan kerja Presiden ke Asmat diantaranya untuk pemberian gizi makanan tambahan bagi ibu hamil dan anak-anak, memeriksa pembangunan tampungan air hujan serta pembangunan rumah bagi warga Asmat.

 

Kami menemui persoalan baru. Ponsel pintar yang kami bawa tidak mendapatkan jaringan sehingga kesulitan menghubungi rekan yang sudah terlebih dahulu datang ke Agats.

"Di sini handphone bagus enggak bisa, Mas. Bisanya handphone kayu (ponsel GSM)," celetuk seorang pemuda berparas suku Jawa di gubuk, tepi pelabuhan.

Salah seorang rekannya yang berparas orang Papua nyeletuk, "di sini memang sulit sinyal. Kadang muncul, kadang 'trada' (tidak ada)."

Saya membalas dengan senyum sambil mengangguk. Dalam hati, saya bergumam, "kalau di Ibu Kota Kabupaten ini saja sulit sinyal, bagaimana dengan 23 distrik lain di Asmat?"

Benar saja, dari Fabio, jurnalis Kompas yang saya temui kemudian mengungkapkan bagaimana buruknya jaringan telekomunikasi di Asmat, bahkan berdampak pada kematian warga saat kejadian luar biasa wabah penyakit campak dan gizi buruk di sana.

"Seringkali ada pasien wabah penyakit, dia sudah sakit parah ya, akhirnya meninggal karena mau hubungi orang di kota panggil ambulans bagaimana? Sinyal tidak ada," kata Fabio.

(Baca juga: Jokowi Janji Perbaiki Jaringan Telekomunikasi di Asmat)

 

Media lokal Papua, Maret 2018, sempat memberitakan Pemerintah Kabupaten Asmat berupaya meningkatkan pelayanan jaringan telekomunikasi agar informasi masalah di daerah itu segera diketahui dan dicarikan solusinya. Namun pengalaman kami di sana tidak selaras dengan berita itu.

Sinyal 4G sempat kami dapat pada sore hari. Saat itu kami manfaatkan betul untuk mengirimkan materi berita berupa teks, foto dan video. Namun sekitar 15 menit berselang, entah mengapa sinyal kembali hilang bak ditelan bumi.

Tidak hanya jaringan telekomunikasi yang memperparah kondisi luar biasa wabah penyakit menahun di Asmat. Jumlah puskesmas beserta tenaga medis juga menjadi penyebabnya. Bayangkan, dari 23 distrik se-kabupaten, hanya ada 14 puskesmas yang jumlah tenaga medisnya terbatas.

Halaman:


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com