Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peta Indonesia "Terbelah" di Jaket Jokowi, Begini Cerita Selengkapnya...

Kompas.com - 10/04/2018, 14:39 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Jaket denim yang dikenakan Presiden Joko Widodo saat touring dengan chopper di Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (8/4/2018), rupanya berasal dari jaket biasa yang dijual di mal.

Founder Never Too Lavish Muhammad Haudy mengatakan, ketika Presiden memesan sebuah jaket kepadanya, beberapa hari kemudian ia membeli jaket denim di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta.

"Kami beli jaket denim yang sudah jadi. Harganya enggak mahal, ya, cuma Rp 300.000," ujar Haudy saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (10/4/2018).

Ia menolak menyebutkan merek jaket tersebut.

Baca juga: Jokowi Mengaku Sering "Ngebut" Bawa Chopperland di Area Istana

Haudy beserta empat seniman, salah satunya Bernhard Suryaningrat, kemudian mulai menggambar jaket tersebut sesuai dengan keinginan Jokowi.

Jokowi tidak memberikan desain kepada Haudy dan kawan-kawan. Saat memesannya, ia hanya berpesan agar desainnya menggambarkan Indonesia yang sangat beragam budayanya.

Bahan-bahan yang digunakan untuk menggambar jaket terdiri dari cat yang biasanya juga digunakan untuk menggambar mode lainnya.

"Biasanya kami ngerjain gambar jaket itu empat pekan. Tetapi, ini demi Pak Jokowi, ya, kami lemburin semua jadi 10 hari saja. Tahapan-tahapannya ada enam, mulai dari gambar warna dasar, menggambar polanya sampai finishing, dihaluskan," ujarnya.

Makna filosofis

Haudy kemudian merancang sebuah desain jaket sesuai dengan keinginan Jokowi. Tanpa banyak revisi, Jokowi menyetujui desain itu dan Haudy beserta senimannya pun mulai mengerjakannya.

"Pada bagian depan, kami menggambar peta Indonesia menggunakan nuansa merah-putih. Maknanya Indonesia adalah negara besar yang memiliki lebih dari 17.000 pulau," ujar Haudy.

Baca juga: Presiden Ingin Tunggangi Chopperland Saat Jajal Trans-Papua atau Kalimantan

Pada bagian belakang, tersusun kata "Indonesia" melapisi warna dasar merah-putih. Setiap huruf dihias dengan beragam gambar yang menunjukkan keberagaman budaya di Indonesia. Misalnya tari saman, kain sasirangan khas Banjarmasin, wayang kulit, Candi Borobudur, dan budaya di Papua.

"Filosofi konsep ini adalah bendera merah-putih sebagai bendera Indonesia yang bisa menyatukan belasan ribu pulau dan keberagaman budaya yang ada di Indonesia," ujar Haudy.

Peta Indonesia "terbelah"

Seusai Presiden mengenakan jaket itu saat touring dengan chopper di Sukabumi, hari Minggu kemarin, Haudy mengakui, banyak sekali komentar positif atas karya seniman lokal. Namun, ada saja yang berkomentar negatif terhadap desain di jaket tersebut. Salah satunya di media sosial.

Salah satunya desain peta Indonesia di bagian depan jaket. Jika jaket tidak diritsleting, peta Indonesia berwarna merah putih seolah-olah terbelah.

Haudy memiliki penjelasan khusus terhadap desain tersebut.

Baca juga: "Jokowi Effect", Sudah Ada Pejabat yang Ikut Tertarik Beli Chopperland

"Jadi, seniman itu punya norma, punya prinsip-prinsipnya sendiri. Bagi mereka, bobot art kalau pada jaket itu adanya di belakang, bukan depan. Beda dengan kaus yang bobot art-nya lebih banyak di depan dibandingkan dengan belakang. Coba lihat jaket dan kaus produk seluruh dunia, kebanyakan begitu," papar Haudy.

"Kami juga sudah coba peta Indonesia-nya di belakang dan kata Indonesia di depan, itu agak aneh ya. Lagi pula seandainya peta Indonesia ditaruh di belakang, apa ada yang jamin enggak ada yang nyinyirin juga? Enggak kan? Makanya kami lebih memilih yang sesuai prinsip dan norma berlaku saja," lanjut dia.

"Kami puas banget sama hasilnya. Namanya seniman, ya, akan bangga sekali jika dia punya produk itu digunakan Presiden, apalagi kayak kami, , seniman Indonesia yang produknya dipakai Presiden sendiri," katanya.

Kompas TV Meski disambut antusias warga di sana, tetap ada yang kontra. Kritik dialamatkan kepada Jokowi karena dinilai melanggar aturan berlalu lintas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com