Namun, makin lama Suharnoko semakin jauh tertinggal. Hal itu sudah sewajarnya, karena kecepatan pesawat Guntei jauh lebih cepat ketimbang pesawat Cureng yang dikemudikan Suharnoko.
Singkat cerita, Suharnoko yang menyadari kekeliruannya segera menentukan posisi pesawatnya.
Dari ketinggian, dia melihat sebuah danau yang airnya berkilauan di dekat kota. Dia segera menganalisa dan menarik kesimpulan bahwa kota itu pasti Ambarawa yang berdekatan dengan Rawapening.
Saat itu, Suharnoko yakin dia berada di atas basis pertahanan lawan. Dengan cepat ia memutuskan untuk melakukan serangan.
Untungnya, Belanda tidak mengetahui kedatangan Suharnoko. Setelah mendapatkan titik serang, Suharnoko menukikkan pesawatnya dan membuat satu kali putaran untuk mengetahui lokasinya berada.
Detik-detik selanjutnya, ia melepaskan bom yang ada di sayap kanan dan kiri yang masing-masing seberat 50 kilogram.
Bom pertama diperkirakan jatuh di lapangan parkir kendaraan tentara Belanda. Namun, karena jarak terlalu dekat dengan dataran, bom yang satu lagi jatuhnya kurang kuat.
Suharnoko tak bisa memastikan apakah bom itu meledak atau tidak.
Setelah itu, Kota Ambarawa yang tadinya terang oleh lampu, mendadak menjadi gelap gulita. Tampaknya, lampu-lampu sengaja dipadamkan.
Suasana didukung tebalnya kabut yang menyelimuti Kota Ambarawa. Suharnoko kembali ke Maguwo dengan melakukan penerbangan rendah dan melalui jalur semula.
Hal itu tepat seperti instruksi dan arahan yang diberikan pimpinan TNI AU sebelum operasi dilaksanakan.
Selama perjalanan ke pangkalan udara, pesawat yang dikemudikan Suharnoko dikelilingi kabut tebal.
Kondisi ini ternyata disyukuri, karena hal ini sebagai salah satu bentuk kamuflase untuk menghinadri serangan balik Belanda.
Tindakan berani para penerbang muda TNI AU dalam serangan balik ini sungguh mengagumkan.
Apalagi jika mengingat hal ini baru pertama kali mereka lakukan dengan kemampuan diri dan keadaan pesawat yang serba terbatas.
Setidaknya, serangan balasan ini memberikan dampak psikologis dan politis bagi kedua belah pihak yang sedang berperang.
Bagi TNI AU dan Indonesia, serangan ini adalah bentuk eksistensi Republik Indonesia. Sedangkan, Belanda merasa dipermalukan. (Habis)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.