Kemudian, Kadet Udara I Bambang Saptoadji ditugaskan menggunakan pesawat Hayabusha untuk mengawal pembom Guntei di atas Kota Semarang.
Sementara itu, Kadet Udara I Sutardjo Sigit didampingi penembak udara Sersan Udara Sutardjo dan Kadet Penerbang Suharnoko Harbani didampingi penembak udara Sersan Udara Kaput ditugaskan menyerang Salatiga. Mereka menggunakan pesawat Cureng.
Untuk semuanya, mereka diingatkan tentang penggunaan taktik mendadak (surprise). Mereka menyadari bahwa mereka sangat terbatas dalam hal pesawat dan awaknya. Untuk itu, serangan harus dilakukan sedini mungkin.
Operasi harus berlangsung kurang dari satu jam untuk menghindari penyergapan atau pengejaran lawan.
(Baca juga: Angkatan Udara Republik Indonesia, 72 Tahun Silam Hingga Kini...)
Malam semakin larut. Tepat pukul 01.00, teknisi memastikan bahwa pesawat Hayabusha tidak dapat melaksanakan operasi. Hal itu disebabkan sistem senjatanya rusak dan tidak dapat diatasi.
Kabar buruk itu betul-betul mengecewakan Kadet Bambang Saptoadji. Mimpinya untuk mendarmabaktikan tenaga dan jiwa untuk Tanah Air sirna seketika. Terlebih lagi, operasi ini adalah ajang pembuktian kemampuannya di hadapan Pimpinan TNI AU.
Mobil mogok hingga kata-kata penyemangat KSAU
Setelah menerima perintah, para penerbang kembali ke Wonocatur untuk istirahat sebentar. Tempat tidur Sutardjo berupa lima kursi kantor yang dibuat sejajar dan payung udara yang dijadikan bantal tidak cukup nyaman.
Apalagi ditambah bayangan yang berkecamuk di dalam pikiran. Sutardjo yang hari itu tepat berusia 20 tahun bertanya dalam hati, masihkah usianya bertambah, atau berhenti bersamaan dengan operasi militer yang sudah di depan mata.
(Baca juga: Tingkatkan Kemampuan Pilot, Pesawat Tempur Skadron Udara 12 Latihan Terbang Malam)
Pada malam itu, mereka hanya tidur dua jam. Pukul 04.00 dini hari, mereka sudah siap di lapangan terbang Maguwo. Mereka berangkat menggunakan mobil Packard warna hitam.
Sialnya, di tengah jalan sedan tua tersebut mendadak mogok. Walau sudah didorong, mesin tetap tak mau menyala. Bahkan, muncul percikan api dari bagian mesin. Akibatnya, keempat kadet tersebut meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki.
Di pangkalan udara, KSAU Komodor Udara Suryadi Suryadharma dan pimpinan TNI AU lainnya telah menunggu. Para penerbang menerima briefing terakhir sebelum menjalankan misi. Kini tiba saatnya pelepasan ketiga pesawat.
Saat itu, Suryadharma menyampaikan kata-kata, “Saya tunggu kalian di sini”. Para penerbang muda itu pun pamit dan berjalan menuju pesawat masing-masing.
Bersambung "Semangat Penerbang Muda dalam Serangan Balasan TNI AU ke Belanda (Habis)"
***
Dalam rangka HUT ke-72 TNI AU ini pula, Kompas.com akan menanyangkan sejumlah berita-berita angkatan udara Indonesia sejak dahulu hingga saat ini, termasuk kisah-kisah heroik dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. Simak selengkapnya di Kompas.com sepanjang hari ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.