Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PHB AURI, Tulang Punggung Komunikasi Pejuang Kemerdekaan RI

Kompas.com - 09/04/2018, 07:21 WIB
Yoga Sukmana,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

Kota Yogyakarta pun diduduki oleh tentara Belanda. Sementara beberapa petinggi pemerintahan ditahan termasuk Kepala Staf Angkatan Udara Komodor Udara S Soerjadarna.

(Baca juga: Letkol Erlina: Sosok Wanita Angkatan Udara Komandan Teknik)

Namun, sebelum Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda, Wakil Presiden Mohammad Hatta mengirim pesan untuk disebarkan ke seluruh stasiun radio PHB AURI.

Pesan tersebut berisi pembentukan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera. Tujuannya yakni meneruskan pemerintahan Republik Indonesia menyusul Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta.

Pasca pengiriman pesan itu, stasiun radio PHB AURI di Terban Taman Yogyakarta dihancurkan untuk menghilangkan jejak dan melindungi pejuang dari serbuan tentara Belanda.

Tak hanya itu, stasiun radio PHB AURI lainnya juga ikut dihancurkan. Sementara peralatannya diselamatkan dan dibawa ke tempat yang aman.

 

Gerilya

Seusai instruksi KSAU, anggota AURI melanjutkan perjuangan dengan cara bergerilya. Namun peran penting PHB tidak bisa dianggap kecil dalam kondisi bergerilya.

Pasca Yogyakarta diduduki tentara Belanda, Markas Besar Komando Djawa (MBKD) dibentuk di Desa Dekso Kulonprogo di bawah komando A.H. Nasution. Sementera di Sumatera dibentuk Markas Besar Komando Sumatera (MBKS) di bawah PDRI yang dipimpin oleh Syafruddin Perwiranegara.

(Baca juga: Komputer Crash, Data Penting Angkatan Udara Selama 12 Tahun Lenyap)

Meski terpisah jarak, keduanya bisa saling terhubung karena adanya PHB AURI. Saat itu, AURI sudah memiliki sistem perhubungan jarak jauh yang lumayan canggih, bahkan mampu mencapai Rangoon, Myanmar.

Di dekat Yogyakarta, tepatnya di Dusun Banaran, Kecamatan Playen, Wonosari Gunungkidul, Opsir III Boedihardjo bersama Basir Surya dan Sersan Udara Soeroso, membuat stasiun radio PHB AURI PC-2 Playen.

Namun, karena gerilya, stasiun radio PHB AURI PC-2 Playen tidak dibuat di lapangan udara melainkan dirumah warga bernama Ibu Prawirosetomo yang memilki dua orang anak yakni Martono dan seorang anak perempuan.

Ketiganya saling bahu membahu menyelamatkan peralatan radio tersebut dari serangan tentara Belanda.

Mereka menyembunyikan pembangkit listrik di tungku tanah dan ditutupi kayu bakar. Antenanya dibentangkan diantara dua batang pohon kelapa. Pemasangannya pun hanya dilakukan di malam hari saat akan digunakan.

Sementara pagi harinya antena tersebut disembunyikan. Adapun pemancarnya disembunyikan di dapur dekat dengan kandang sapi. Penduduk setempat juga ikut menjaga rahasia tersebut dari tentara Belanda.

(Baca juga: Jayalah Sayap Tanah Airku, Angkatan Udara yang Kucinta!)

Tak sia-sia, stasiun radio PHB AURI PC-2 Playen pun punya peran besar bagi bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, stasiun inilah yang pertama kali mengirimkan berita serangan umum 1 Maret 1949.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

Nasional
Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Nasional
MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com