JAKARTA, KOMPAS.com - Peta politik Pilpres 2019 hingga saat ini memunculkan nama Joko Widodo dan Prabowo Subianto sebagai dua calon kuat dalam kontestasi memperebutkan kursi RI 1.
Namun demikian, Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Chaniago mengungkapkan, ada perubahan yang cukup signifikan dalam perkembangan citra keduanya.
Menurut dia, Prabowo cenderung bersikap blunder belakangan ini. Pidatonya soal Indonesia bubar tahun 2030 dan elite politik bermental maling dianggap menggerus pemilih milenial potensial yang sempat berpihak kepada Prabowo. Sebab, generasi milenial tak menyukai pesimisme.
"Karena anak milenial itu enggak suka dengan sikap-sikap pesimis, mereka suka sama optimisme. Begitu ada pidato Indonesia bubar tahun 2030, itu menggerus pemilih milenial Prabowo sendiri. Ada kemungkinan semakin tergerus karena pidatonya itu," ujar Pangi dalam sebuah diskusi di Fx Sudirman, Jakarta, Jumat (6/4/2018).
Baca juga: Berbincang di Halaman Istana, Apa Saja yang Dibahas Jokowi dan Para Budayawan?
Prabowo, kata dia, tidak mampu mengelola isu-isi dengan baik. Dua pernyataan Ketua Umum Partai Gerindra itu membuat posisinya semakin tak menguntungkan di mata generasi milenial.
Prabowo cenderung memancing berbagai sentimen negatif, di mana hal itu tak disukai generasi milenial.
"Bagi generasi milenial, itu membuat mereka tidak nyaman dan tidak suka, mengingat mereka adalah generasi yang optimis. Artinya, generasi milenial yang ada pada Pak Prabowo bisa bergeser," ucap dia.
Ia meyakini bahwa Prabowo akan semakin kesulitan dalam merebut suara pemilih pemula jika tak mampu mengelola isu dengan baik di hadapan generasi milenial.
Di sisi lain, Pangi melihat Jokowi mampu mengambil empati dan simpati generasi milenial. Sebab, Jokowi sering kali masuk ke berbagai hal yang menjadi kesukaan kaum milenial, seperti musik, olahraga, hingga teknologi.
"Nah, Pak Jokowi masuk ke apa yang mereka senangi, misal kemarin kan beli motor modifikasi yang keemasan itu (motor chopper), Jokowi masuk mencuri perhatian ke komunitas muda penyuka motor modifikasi," ujarnya.
Generasi milenial, kata Pangi, terkadang tak mempersoalkan catatan prestasi atau program kerja seorang calon. Namun, mereka akan memberikan perhatiannya kepada calon yang masuk ke berbagai hal yang menyangkut ciri khas kaum milenial.
"Mereka senang Pak Jokowi suka motor. Ketika Jokowi pakai sepatu kets dan kaus oblong, sering nonton film di bioskop, anak-anak muda senang dengan itu," tuturnya.
Baca juga: Dilema Prabowo Subianto Menuju Pilpres 2019...
Jokowi juga menyita perhatian mereka melalui berbagai video blog (vlog) dan swafoto yang diunggahnya ke sejumlah media sosial, seperti Instagram, Twitter, dan Youtube.
Pangi melihat Jokowi mampu melakukan pendekatan khusus dalam mengambil ceruk pemilih pemula potensial jelang Pilpres 2019.
"Ini yang belum berhasil dilihat kompetitor lainnya, Pak Jokowi melihat ceruk itu sangat menarik. Jokowi sangat mudah terkoneksi dengan generasi milenial," kata dia.
Menurut dia, generasi milenial tak menyukai hal-hal yang bersifat kaku, formal, dan gaya politik kasta. Sebaliknya, mereka senang dengan suasana informal dan gaya politik yang cair dan luwes.
Ia menegaskan, calon presiden yang akan bertarung pada Pilpres 2019 harus mampu meraih suara pemilih milenial. Sebab, generasi milenial yang akan memilih nanti merupakan dewa elektoral yang akan menentukan siapa pemenang Pilpres 2019.
"Bagi politisi lama, terkadang generasi milenial kadang tak diindahkan sebagai kekuatan elektoral, padahal itu determinan penentu. Karena angkanya nyaris besar dari total penduduk Indonesia," paparnya.