JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon membantah tudingan neoliberal yang dialamatkan kepada ayah dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Sumitro Djojohadikusumo.
Hal itu disampaikan Fadli Zon menanggapi kritik Prabowo terhadap elite politik di Indonesia yang turut mendesain ekonomi neoliberalisme di Indonesia sejak Orde Baru.
Sebagian orang menilai bahwa Sumitro Djojohadikusumo merupakan orang yang membawa paham neoliberalisme ke Indonesia. Namun, hal itu dibantah Fadli Zon.
"Salah besar (Sumitro disebut Neolib). Pak Mitro itu Keynesian (paham ekonomi yang diperkenalkan John Keynes)," kata Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (3/4/2018).
"Beliau itu sudah menjadi Menteri Keuangan di zaman Bung Karno. Usia 30 tahun sudah jadi Menteri Keuangan. Tiga kali kalau tidak salah pada era itu, saya lupa berapa kali,"
(Baca juga: Saat Prabowo Mengenang Ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo)
Diketahui, Sumitro yang dikenal sebagai "Begawan Ekonomi Indonesia" pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan, juga Menteri Perdagangan di era Presiden Soekarno. Sumitro kemudian dipercaya menjadi Menteri Riset di era Presiden Soeharto.
Bersama Widjojo Nitisastro, Sumitro kerap dianggap sebagai "tulang punggung" perekonomian Orde Baru.
Akan tetapi, menurut Fadli Zon, Sumitro justru banyak menggagas sistem ekonomi kerakyatan di Indonesia yang berbasis keberpihakan kepada koperasi, petani, nelayan, dan pelaku usaha kecil serta menengah.
Fadli mengakui, Sumitro pernah mengirim sejumlah muridnya untuk belajar di University of California at Berkeley, Amerika Serikat (AS).
Salah satu dari murid yang dikirim untuk belajar di sana melalui bantuan Ford Foundation ialah Widjojo Nitisastro. Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri itu kemudian dikenal sebagai arsitek ekonomi Orde Baru.
Adapun, murid yang dikirim Sumitro untuk kuliah di AS diberi label sebagai "Mafia Berkeley", termasuk Sumitro. Nama ini diberikan oleh penulis AS, David Ransom, dalam majalah Ramparts pada 1970.
(Baca juga: Demokrat Nilai Kritik Prabowo soal Elite sebagai Cara Menggaet Pemilih)
Namun, Fadli Zon menjelaskan, saat itu dekan Fakultas Ekonomi di Berkeley merupakan penganut mahzab ekonomi strukturalis, bukan neoliberalisme. Namun, terjadi pergantian dekan sehingga mahzab ekonomi di Berkeley berubah menjadi neoliberalisme.
"Pak Mitro Bukan (neolib), jelas kok. Bahkan kakeknya Pak Prabowo (Raden Mas Margono Djojohadikusumo, ayah Sumitro) itu bisa dibilang Bapak Koperasi. Walaupun seringkali Bung Hatta yang disebut Bapak Koperasi. Tapi menurut saya, Bung Hatta itu Bapak Ekonomi Kerakyatan," ujar Fadli.
"Tapi kakeknya Pak Prabowo itu Pak Margono Djojohadikusumo itu sebetulnya adalah ketua koperasi bahkan di zaman Hindia Belanda," kata Wakil Ketua DPR itu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.