Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/04/2018, 19:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menilai pernyataan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto tentang ancaman Indonesia bubar tahun 2030 dan elite bermental maling merupakan strategi politik yang mirip dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

"Nah apa strategi Donald Trump? Dia mempertentangkan kalangan bawah dan atas, jadi diungkap persoalan kesenjangan-kesenjangan," ujar Qodari di Fx Sudirman, Jakarta, Selasa (3/4/2018).

Selain itu, kata dia, Trump seringkali menyebarkan rasa takut ancaman pihak asing terhadap Amerika Serikat.

(Baca juga: Sekjen Nasdem: Pernyataan Prabowo Kasar, Lebih Banyak Fitnah)

Berbagai isu yang diangkat Trump, seperti ancaman kekuatan Republik Rakyat Tiongkok, ancaman dari Islam garis keras hingga ancaman tenaga kerja imigran. Sentimen tersebut dinilai mirip dengan yang dilakukan oleh Prabowo.

Pengamat politik Indo Barometer M Qodari dalam diskusi Polemik di Cikini, Jakarta, Sabtu (18/3/2017).KOMPAS.com/ABBA GABRILLIN Pengamat politik Indo Barometer M Qodari dalam diskusi Polemik di Cikini, Jakarta, Sabtu (18/3/2017).

"Jadi menurut saya agak mirip, yang disebarkan adalah pesimisme, ketakutan. Ternyata pesimisme dan ketakutan itu dibeli oleh rakyat Amerika sehingga mereka memilih Donald Trump," ungkapnya.

Qodari menilai bahwa praktik politik semacam ini bisa saja dikembangkan dan memengaruhi masyarakat Indonesia secara luas. Prabowo bisa memanfaatkan praktik tersebut untuk mengarahkan suara pemilih ke dirinya untuk menghadapi Presiden Joko Widodo.

"Jadi Pak Prabowo ini seolah mengatakan kan 'Indonesia sekarang ini dan ke depan tidak akan baik kalau tidak saya yang jadi pemimpin'. Itu pesannya," ujarnya.

(Baca juga: Demokrat Nilai Kritik Prabowo soal Elite sebagai Cara Menggaet Pemilih)

Selain itu, Qodari juga mengungkapkan, isu-isu sensitif juga lebih mudah disebarkan melalui media sosial. Situasi itu membuat sebuah pernyataan kontroversial bisa menjadi bahan pembicaraan publik secara luas. Tak hanya itu, praktik itu bisa memengaruhi emosi para pemilih

"Yang penting didengar orang, makin kontroversial makin bagus. Kalau di Amerika takut sama Islam, kalau di Indonesia takut sama Barat. Jadi politik ketakutan dan pesimisme itu dimainkan untuk mengganti dengan calon yang lebih kuat," ujarnya.

Seperti yang diketahui, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto setidaknya mengungkapkan dua pernyataan yang menarik perhatian publik.

Pertama, ia sebelumnya menyebut ada kajian-kajian yang dilakukan di negara lain bahwa Indonesia akan bubar pada 2030 mendatang. Belakangan ini, diketahui kajian tersebut berasal dari novel fiksi techno-thriller berjudul Ghost Fleet karya P.W Singer dan August Cole.

Potongan video pidato Prabowo tersebut diunggah akun Facebook dan Twitter resmi Partai Gerindra dan menjadi viral di dunia maya.

Kedua, ia pernah mengungkapkan, kelompok elite di Indonesia bertanggung jawab besar atas perekonomian Indonesia saat ini.

(Baca juga: Fadli Zon: 3,5 Tahun Tak Kritik Pemerintah, Sudah Saatnya Prabowo Bicara)

Menurut dia, akibat ulah para elite di Indonesia, kini perekonomian tak berpihak kepada rakyat kecil. Sebab, Prabowo menilai, para elitelah yang ada di dalam lingkaran pengambilan kebijakan di Indonesia.

Prabowo menilai, mulai dari elite di pemerintahan, partai politik, hingga para pengusaha dan cendekiawan turut bertanggung jawab atas terbangunnya sistem perekonomian neoliberal di Indonesia.

"Terutama elite, kita terus terang saja minta ampun, deh. Gue sudah kapok sama elite Indonesia," kata Prabowo dalam pidatonya di acara kampanye calon gubernur-wakil gubernur Jawa Barat Sudrajat-Ahmad Syaikhu di Depok, Minggu (1/4/2018).

Kompas TV Partai Gerindra membuka diri pada siapapun untuk bergabung dengan Gerindra termasuk Gatot Nurmantyo.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
NASIONAL
"Labelling"
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Pilpres Sistem 'Popular Vote' Suburkan Politik Identitas

Pilpres Sistem "Popular Vote" Suburkan Politik Identitas

Nasional
Gugatan Sekretaris MA Hasbi Hasan Lawan KPK Diadili Hakim Kasus Ferdy Sambo

Gugatan Sekretaris MA Hasbi Hasan Lawan KPK Diadili Hakim Kasus Ferdy Sambo

Nasional
Stafsus Mensesneg: Ada Polemik dan Banyak Pendapat soal Putusan Perpanjangan Masa Jabatan KPK

Stafsus Mensesneg: Ada Polemik dan Banyak Pendapat soal Putusan Perpanjangan Masa Jabatan KPK

Nasional
Ini Alasan Ganjar Rutin Lari Pagi Keliling Kota Usai Jadi Bacapres PDI-P

Ini Alasan Ganjar Rutin Lari Pagi Keliling Kota Usai Jadi Bacapres PDI-P

Nasional
Pertemuan Gibran dan Prabowo Dinilai Omong Kosong, Bukan Hal yang Sebenarnya

Pertemuan Gibran dan Prabowo Dinilai Omong Kosong, Bukan Hal yang Sebenarnya

Nasional
Menanti Implementasi 'Work From Anywhere' ASN

Menanti Implementasi "Work From Anywhere" ASN

Nasional
Ganjar Jawab Sindiran Anies Pakai Kaos 'Kalau Mau Sehat Ayo Olahraga'

Ganjar Jawab Sindiran Anies Pakai Kaos "Kalau Mau Sehat Ayo Olahraga"

Nasional
Ganjar Lari Pagi di Alun-alun Kota Serang, Diteriaki Presiden

Ganjar Lari Pagi di Alun-alun Kota Serang, Diteriaki Presiden

Nasional
Fahri Hamzah: Kita Tak Bisa Menitipkan Reformasi Pada Manusia, tetapi Pada Penguatan Sistem

Fahri Hamzah: Kita Tak Bisa Menitipkan Reformasi Pada Manusia, tetapi Pada Penguatan Sistem

Nasional
KPK Siap Lawan Praperadilan Sekretaris MA Hasbi Hasan

KPK Siap Lawan Praperadilan Sekretaris MA Hasbi Hasan

Nasional
Jemaah Haji Wajib Tahu, Merokok di Sembarang Tempat di Madinah Didenda Rp 800.000

Jemaah Haji Wajib Tahu, Merokok di Sembarang Tempat di Madinah Didenda Rp 800.000

Nasional
Membatasi Gairah Berkuasa yang Berlebihan

Membatasi Gairah Berkuasa yang Berlebihan

Nasional
Profil Nurul Ghufron, Inisiator Uji Materi Masa Jabatan Pimpinan KPK yang Dikabulkan MK

Profil Nurul Ghufron, Inisiator Uji Materi Masa Jabatan Pimpinan KPK yang Dikabulkan MK

Nasional
26 Jemaah Haji Dirawat di Madinah, Didominasi Sakit Jantung, Paru, dan Demensia

26 Jemaah Haji Dirawat di Madinah, Didominasi Sakit Jantung, Paru, dan Demensia

Nasional
Gerindra Keberatan Wacana Duet Prabowo-Ganjar, Dinilai Bakal Problematik

Gerindra Keberatan Wacana Duet Prabowo-Ganjar, Dinilai Bakal Problematik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com