Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PAN: Kritik Amien Rais soal Sertifikat Tanah Bergeser Jadi Isu Politis

Kompas.com - 29/03/2018, 16:23 WIB
Kristian Erdianto,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hanafi Rais angkat bicara terkait polemik kritik Amien Rais soal pembagian sertifikat lahan yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo.

Hanafi menuturkan bahwa saat ini pembahasan atas kritik tersebut menjadi bergeser dari substansi sebenarnya, yakni soal ketimpangan penguasaan lahan dan agenda reforma agraria.

"Isu mengenai ketimpangan tanah ini menjadi bergeser menjadi isu yang sangat teknis soal metodologi dan koleksi data, bahkan politis dan mengaburkan substansi untuk menegakkan reforma agraria," ujar Hanafi saat menggelar konferensi pers di ruang kerja Fraksi PAN, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (29/3/2018).

(Baca juga: Bantah Amien Rais, Maruf Sebut Kebijakan Bagi-bagi Sertifikat Tanah Memudahkan Warga)

Kritik Amien Rais, kata Hanafi, tidak mempersoalkan mengenai pembagian sertifikat tanah kepada masyarakat.

PAN sendiri mendukung program pemerintah yang tercantum dalam RPJMN dan Nawa Cita. Namun, upaya tersebut dinilai belum sesuai dengan salah satu unsur dalam program reforma agraria yakni redistribusi tanah.

Faktanya, kata Hanafi, terdapat ketimpangan penguasaan lahan.

"Tentu ini yang harusnya dijawab pemerintah supaya problemnya selesai. Reforma agraria akan jadi palsu kalau dimaknai hanya bagi-bagi sertifikat. Banyak orang yang juga yang belum senang karena adanya konflik agraria antara masyarakat dengan korporasi besar," tuturnya.

Pada kesempatan yang sama Chairman Sustainable Development Indonesia sekaligus anggota Dewan Kehormatan PAN, Dradjad H Wibowo, mengatakan, masalah krusial terkait agraria saat ini adalah ketimpangan penguasaan lahan.

Menurut Dradjad, 1 persen penduduk atau kelompok tertentu menguasai 74 persen lahan di Indonesia, sebagaimana yang disampaikan oleh Amien Rais.

(Baca juga: Sentilan Amien Rais dan Mengembalikan Reforma Agraria ke Relnya...)

 

Data tersebut berasal dari Badan Pusat Statistik yang juga pernah dipublikasikan oleh Megawati Institute.

"Yang disampaikan Pak Amien itu berasal dari BPS dan disitir oleh Megawati Institute," ujar Dradjad.

"Intinya Pak Jokowi bagi-bagi sertifikat itu memang harus dilakukan tapi jangan hanya itu. Masalahnya adalah ketimpangan penguasaan lahan," ucapnya.

 

Timpang

 

Dradjad memaparkan data Hasil Riset Oligarki Ekonomi dari Megawati Institute. Hasil riset tersebut menyatakan rasio gini ketimpangan penguasaan lahan di Indonesia terus meningkat dan bahkan lebih tinggi dibandingkan pada masa Orde Baru.

(Baca juga: PAN Kritik Sertifikat Tanah Bisa Jadi Jebakan Maut, Ini Tanggapan JK)

Rasio gini lahan di Indonesia pada tahun 1983 berada pada angka 0,5. Pada tahun 1993 rasio meningkat menjadi 0,64. Kemudian pada tahun 2003 rasio gini lahan mencapai 0,72 dan menurun menjadi 0.68 pada tahun 2013.

"Rasio gini semakin tinggi itu artinya semakin timpang. Rasionya 0 sampai 1. Kalau 0 itu artinya tidak timpang. Ketika makin tinggi artinya makin jelek atau semakin tinggi ketimpangannya," kata Dradjad.

Selain itu ia juga menyoroti program redistribusi tanah yang dinilai belum menjadi fokus utama. Sementara redistribusi tanah merupakan komponen terpenting reforma agraria.

Dradjad mengatakan, dalam periode 2015-Agustus 2017 terdapat 245.097 bidang tanah redistribusi yang mendapat sertifikat. Artinya angka itu hanya 8,5 persen dari jumlah sertifikat.

"Bagi-bagi sertifikat belum bisa dimasukkan ke dalam reforma agraria. Sertifikat itu hasil akhir dari problem penguasaan lahan. Seharusnya bagi-bagi sertifikat berasal dari redistribusi tanah," ujar Dradjad.

Kompas TV Bank Dunia menilai program bagi-bagi sertifikat tanah kepada warga merupakan langkah yang baik.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Nasional
Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Nasional
Selain 2 Oknum Lion Air,  Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Selain 2 Oknum Lion Air, Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Nasional
Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Nasional
Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Nasional
Suami Zaskia Gotik Dicecar soal Penerimaan Dana Rp 500 Juta dalam Sidang Kasus Gereja Kingmi Mile 32

Suami Zaskia Gotik Dicecar soal Penerimaan Dana Rp 500 Juta dalam Sidang Kasus Gereja Kingmi Mile 32

Nasional
Tambah Syarat Calon Kepala Daerah yang Ingin Diusung, PDI-P: Tidak Boleh Bohong

Tambah Syarat Calon Kepala Daerah yang Ingin Diusung, PDI-P: Tidak Boleh Bohong

Nasional
Terima Kunjungan Menlu Wang Yi, Prabowo Bahas Kerja Sama Pendidikan dan Latihan Militer RI-China

Terima Kunjungan Menlu Wang Yi, Prabowo Bahas Kerja Sama Pendidikan dan Latihan Militer RI-China

Nasional
Banyak Pihak jadi Amicus Curiae MK, Pakar Sebut karena Masyarakat Alami Ketidakadilan

Banyak Pihak jadi Amicus Curiae MK, Pakar Sebut karena Masyarakat Alami Ketidakadilan

Nasional
Alasan Hasto soal Jokowi Datang ke Anak Ranting PDI-P Dulu sebelum Bertemu Megawati

Alasan Hasto soal Jokowi Datang ke Anak Ranting PDI-P Dulu sebelum Bertemu Megawati

Nasional
Pendukung Prabowo-Gibran Bakal Gelar Aksi di Depan MK, Hasto: Percayakan Hakim, Jangan Ditekan-tekan

Pendukung Prabowo-Gibran Bakal Gelar Aksi di Depan MK, Hasto: Percayakan Hakim, Jangan Ditekan-tekan

Nasional
Pemerintah Akan Bentuk Satgas untuk Atasi Pornografi Anak 'Online'

Pemerintah Akan Bentuk Satgas untuk Atasi Pornografi Anak "Online"

Nasional
Ketum Projo Nilai 'Amicus Curiae' Tak Akan Pengaruhi Putusan Sengketa Pilpres di MK

Ketum Projo Nilai "Amicus Curiae" Tak Akan Pengaruhi Putusan Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Pakar Hukum Tata Negara Sebut Amicus Curiae Bukan Alat Bukti, tapi Bisa jadi Pertimbangan Hakim

Pakar Hukum Tata Negara Sebut Amicus Curiae Bukan Alat Bukti, tapi Bisa jadi Pertimbangan Hakim

Nasional
Operasi Penyelundupan Sabu Malaysia-Aceh, Tersangka Terima Upah Rp 10 Juta per Kilogram

Operasi Penyelundupan Sabu Malaysia-Aceh, Tersangka Terima Upah Rp 10 Juta per Kilogram

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com