JAKARTA, KOMPAS.com - Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah, menyatakan komitmen bersama mengokohkan konsensus para pendiri bangsa bahwa Pancasila dan NKRI adalah final.
Keduanya juga mengimbau kepada umat Islam Indonesia untuk bersama-sama membangun iklim yang kondusif dalam kehidupan kemasyarakatkan dan keagamaan, di tengah era sosial media.
"Membutuhkan kehati-hatian yang lebih," ujar Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta Pusat, Jumat (23/3/2018).
Baca juga : Dana Rp 4 Triliun dan Proyek Ambisius Google Berantas Hoaks
Menurut NU dan Muhamadiyah, persatuan perlu diperkuat mengingat betebarannya informasi hoaks, ujaran kebencian, dan fitnah yang berpotensi menganggu keutuhan bangsa.
NU dan Muhammadiyah juga menyatakan komitmen untuk menghadirkan narasi yang mencerahkan melalui ikhtiar dalam bentuk penguatan dan peningkatkan literasi digital.
"Sehingga terwujud masyarakat informatif yang berakhlakul karimah," kata dua.
Baca juga : Cemas atas Maraknya Hoaks dan Isu SARA, Polisi Ini Dakwah dari Masjid ke Masjid
Sementara itu, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj berpesan agar masyarakat bersama-sama menjadikan ajang demokrasi sebagai bagian untuk melakukan perubahan yang berarti untuk kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut NU dan Muhammadiyah, tak seharusnya di dalam demokrasi, perbedaan menjadi sumber perpecahan. Perbedaan justru rahmat yang menopang harmoni.
"Semakin bersatu lagi menghadapi tantangan era masa kini yang penuh dengan tantangan era IT yang kadang-kadang orang bisa diadu domba. Terpengaruh hoax fitnah," kata dia.