JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Dewan Pembina DPP Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo menilai Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto telah mempersiapkan diri lebih jauh untuk menjadi calon presiden pada Pilpres 2019.
Hashim mengungkapkan, Prabowo telah banyak belajar dari kekalahan pada Pilpres 2014 silam.
"Saya kira sama siap, lebih siap mungkin. Sudah belajar, kan (dari Pilpres 2014)," ujar Hashim usai konsolidasi strategi komunikasi partai di Gedung DPP Partai Gerindra, Jakarta, Selasa (20/3/2018) sore.
Hasim juga menegaskan, hingga saat ini Partai Gerindra belum membentuk tim khusus terkait penentuan calon wakil presiden pendamping Prabowo. Sebab, berbagai kemungkinan politik masih bisa terjadi.
(Baca juga: Jika Jadi Presiden, Gerindra Optimistis Prabowo Bisa Perbaiki Ekonomi Indonesia)
Adik kandung Prabowo ini menuturkan, Partai Gerindra masih menjalin komunikasi politik lebih lanjut dengan calon mitra koalisi.
"Belum, saya kira komunikasi saja dengan PAN, PKS, Demokrat. Komunikasi terus-menerus," kata Hashim.
Sebelumnya Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengakui bahwa komunikasi yang dilakukan kepada calon mitra koalisi berjalan dengan intens. Ia memperkirakan nantinya akan terbangun kesepakatan-kesepakatan tertentu jika Prabowo terpilih sebagai presiden pada Pilpres 2019.
"Jadi nanti kalau Pak Prabowo terpilih harus ada power sharing dengan partai-partai yang ada, dengan ke depan bersama-sama untuk membangun pemerintahan," ujar Fadli.
Terkait dengan kandidat cawapres Prabowo, Fadli menegaskan bahwa penetapan cawapres harus berdasarkan kesepakatan dari koalisi. Namun demikian, ia mengungkapkan bahwa calon pendamping Prabowo harus memiliki elektabilitas, kapabilitas, dan integritas yang baik.