JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo menyindir bos-bos perbankan di Indonesia karena pertumbuhan kredit masih jauh dari target awal yang sudah ditetapkan.
Jokowi mengatakan, pertumbuhan kredit pada 2017 hanya 8,24 persen. Angka tersebut masih jauh dari target yang sudah disepakati bersama antara pemerintah dan perbankan.
"Saya ingat waktu kita berkumpul di sini, saat itu target yang kita berikan 9-12 persen. Kalau saya beri 9-12 persen, yang saya ambil 12 persen," kata Jokowi dalam pertemuan dengan para pimpinan bank umum di Indonesia di Istana Negara Jakarta, Kamis (15/3/2018).
(Baca juga: Jokowi: Lebih Baik Bank Asing Ada di Indonesia daripada Nasabah Kita Lari ke Luar)
Hadir dalam pertemuan itu direktur utama dan komisaris bank BUMN, bank swasta, bank daerah, hingga bank asing yang membuka cabang di Indonesia.
Jokowi menilai, pertumbuhan kredit yang minim ini terjadi karena perbankan di Indonesia tidak berani mengambil risiko.
Jokowi mengerti bahwa perbankan memiliki prinsip kerja yang prudent dan hati-hati. Namun, bukan berarti bank tak boleh mengambil risiko.
Menurut Jokowi, sah-sah saja bank mengambil risiko selama hal itu sudah dipertimbangkan dengan matang.
(Baca juga: Jokowi: Risiko Paling Besar adalah kalau Kita Tak Berani Ambil Risiko)
Kepala Negara pun kembali mendorong perbankan meningkatkan realisasi kreditnya pada 2018 ini.
"Sudah waktunya, menurut saya, perbankan mendorong mempercepat realisasi kredit agar realisasi bisnis 2018 dengan target 12 persen itu benar-benar bisa tercapai," kata Jokowi.