Salah satu korban hoaksnya adalah Hillary Clinton saat bertarung melawan Donald Trump dalam pemilihan presiden 2016 lalu.
"Mereka membuat konten menarik, Paus Fransiskus mendukung Trump. Di-share di Facebook. Mati-matian dibantah Fransiskus bahkan oleh Obama sendiri," kata Budiarto.
(Baca juga: Elite Politik Diminta Berperan Perangi Hoaks, Bukan Mengompori)
Hasil penelusuran diketahui bahwa produsen hoaks dari Rusia itu membuat 100.000 konten perbulan meski tak semuanya dipakai. Bayarannya pun besar, hingga 60.000 dollar AS.
Bahkan, viralnya konten hoaks di sana juga membuat media mainstream kewalahan. Aparat keamanan juga tidak bisa menjerat mereka dengan sanksi berat.
"13 orang ditangkap, aparat keabisan akal. Mereka hanya dikenakan hukuman kecil, yang bisa dibayar pakai jaminan," kata Budiarto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.