Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Munawir Aziz
Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom, Penulis Sejumlah Buku

Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom, menulis buku Bapak Tionghoa Nusantara: Gus Dur, Politik Minoritas dan Strategi Kebudayaan (Kompas, 2020) dan Melawan Antisemitisme (forthcoming, 2020).

Demi Semangat Kebhinekaan Generasi Millenial

Kompas.com - 10/03/2018, 21:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Karenanya, millenial seakan tidak bisa lepas dari internet, hiburan (entertainment), serta traveling. Millenial—yang sangat kreatif dan percaya diri—lebih suka bekerja keras dalam bidang usaha yang digeluti, untuk kemudian dinikmati dengan perjalanan panjang dan pengalaman.

Maka, kita bisa saksikan, betapa millenial sangat menikmati perjalanan mengeksplorasi kawasan-kawasan yang jauh di negeri ini, hingga ke beberapa negeri di ujung benua.

Lalu, Indonesia memiliki penduduk usia produktif yang lebih banyak, dibandingkan dengan negara Asia lain—yang memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) besar—semisal China, Jepang, India, dan Korea. Negara-negara ini, memasuki fase aging population karena penduduk tuanya mulai mendominasi total jumlah penduduk.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro, dalam sebuah diskusi mengungkapkan, betapa Indonesia kesulitan keluar dari "status" negara berkembang menjadi negara maju, meski penduduk usia produktif melimpah.

Komposisi penduduk Indonesia, 90 juta millenial (20-34 tahun), dengan total fertility rate (angka kelahiran) 2,28 (per 1.000 orang per tahun), dan angka kematian anak 24 (per 1.000 kelahiran), meski angka harapan lama sekolah masih 12,72 tahun.

Artinya, generasi millenial seharusnya memiliki peran penting untuk masa depan negeri ini. Wajah masa depan Indonesia tergantung dari visi, interaksi, dan nilai-nilai yang diserap generasi millenial negeri ini.

Faktanya, generasi millenial negeri ini masih rentan dengan pertarungan hoaks dan pelintiran kebencian. Terlebih lagi, medan kontestasi di media sosial turut mempengaruhi persepsi generasi millenial dalam membangun cara pandang serta melihat masa depan negeri ini.

Survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menyoroti aspirasi millenial dalam kepemimpinan dan toleransi. Digelar pada periode 23-30 Agustus 2017, survei ini menggunakan 600 sampel dengan responden yang dikategorikan generasi millenial, yakni rentang usia 17 sampai 29 tahun, yang dipilih secara acak dari 34 provinsi di Indonesia.

Pada riset tersebut, generasi millenial menyuarakan tantangan besar di Indonesia, mulai dari aspek keterbatasan lapangan pekerjaan (25,5 persen), tingginya harga sembako (21,5 persen), hingga tingginya angka kemiskinan (14,3 persen).

Dari riset tersebut terbaca, sebagian besar generasi millenial mengakses media sosial baik untuk persebaran maupun penyerapan informasi.

Sebanyak 54,3 persen responden mengaku mengakses media sosial setiap hari, yang berbanding terbalik dengan informasi dari media cetak. Hanya 6,3 persen millenial yang mengakses informasi dari media cetak, serta 56,0 persen telah meninggalkan media berformat cetak.

Soal akses media sosial, 81,7 persen menggunakan Facebook, kemudian disusul WA (70,3 persen), BBM (61,7 persen), Twitter (23,7 persen), dan Path (16,2 persen).

Riset CSIS juga memotret batas-batas toleransi dalam kehidupan generasi millenial. Kelompok millenial cenderung tidak setuju jika ada gagasan mengganti Pancasila dengan ideologi yang berbeda. Aspirasi ketidaksetujuan ini sangat tinggi, yakni sebanyak 90,5 persen, berbanding dengan yang setuju, 9,5 persen.

Namun, dalam hal penerimaan terhadap pemimpin yang berbeda agama, generasi millenial cenderung tidak bisa menerima (53,7 persen), sementara yang bisa menerima pemimpin beda agama sebanyak 38,8 persen.

Berkaca pada laporan tersebut, menjadi penting untuk membangun interaksi yang lebih segar bagi generasi millenial, dengan mencipta ruang komunikasi lintas agama dan budaya. Interaksi ini tidak sekadar sentuhan di media sosial, tetapi juga berbagi pengalaman secara lebih kongkret dengan kesan yang mendalam.

Ruang publik yang menjadi ruang interaksi antar-pemuda lintas agama dan etnis perlu diciptakan sebagai ruang untuk merawat kebhinekaan. Ini menjadi tantangan bersama, yang berpengaruh pada depan interaksi di negeri ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Selain Menteri PDI-P, Menteri dari Nasdem dan 2 Menteri PKB Tak Ikut Buka Puasa Bersama Jokowi

Selain Menteri PDI-P, Menteri dari Nasdem dan 2 Menteri PKB Tak Ikut Buka Puasa Bersama Jokowi

Nasional
Imigrasi Bakal Tambah 50 'Autogate' di Bandara Ngurah Rai

Imigrasi Bakal Tambah 50 "Autogate" di Bandara Ngurah Rai

Nasional
Diminta Timnas Anies-Muhaimin Hadiri Sidang MK, Sri Mulyani Senyum dan Geleng-geleng Kepala

Diminta Timnas Anies-Muhaimin Hadiri Sidang MK, Sri Mulyani Senyum dan Geleng-geleng Kepala

Nasional
Imigrasi Terapkan SIMKIM di PLBN Buat Pantau Pelintas Batas

Imigrasi Terapkan SIMKIM di PLBN Buat Pantau Pelintas Batas

Nasional
Imigrasi Bakal Terapkan 'Bridging Visa' Buat WNA Sedang Urus Izin Tinggal

Imigrasi Bakal Terapkan "Bridging Visa" Buat WNA Sedang Urus Izin Tinggal

Nasional
Muncul Wacana Cak Imin Maju di Pilgub Jatim, Dewan Syuro PKB: Fokus Kawal MK

Muncul Wacana Cak Imin Maju di Pilgub Jatim, Dewan Syuro PKB: Fokus Kawal MK

Nasional
Seluruh Kantor Imigrasi Kini Layani Pembuatan Paspor Elektronik

Seluruh Kantor Imigrasi Kini Layani Pembuatan Paspor Elektronik

Nasional
KPK Sebut Nasdem Sudah Kembalikan Rp 40 Juta dari SYL

KPK Sebut Nasdem Sudah Kembalikan Rp 40 Juta dari SYL

Nasional
17 Agustus 2024, Paspor RI Ganti Warna

17 Agustus 2024, Paspor RI Ganti Warna

Nasional
Komisi VIII DPR Harap Resolusi Gencatan Senjata di Gaza Akhiri Penderitaan Rakyat Palestina

Komisi VIII DPR Harap Resolusi Gencatan Senjata di Gaza Akhiri Penderitaan Rakyat Palestina

Nasional
PAN Sebut Susunan Kabinet Prabowo Akan Dibahas Usai Gugatan di MK Selesai

PAN Sebut Susunan Kabinet Prabowo Akan Dibahas Usai Gugatan di MK Selesai

Nasional
DPR RI Resmi Sahkan RUU Desa Menjadi UU, Jabatan Kades Kini Jadi 8 Tahun

DPR RI Resmi Sahkan RUU Desa Menjadi UU, Jabatan Kades Kini Jadi 8 Tahun

Nasional
Menko Polhukam Akan Bentuk Tim Tangani Kasus TPPO Bermodus 'Ferienjob' di Jerman

Menko Polhukam Akan Bentuk Tim Tangani Kasus TPPO Bermodus "Ferienjob" di Jerman

Nasional
PAN Yakin Prabowo-Gibran Bakal Bangun Kabinet Zaken

PAN Yakin Prabowo-Gibran Bakal Bangun Kabinet Zaken

Nasional
Puan Lantik 3 Srikandi Anggota PAW dari Fraksi P-Nasdem, PPP, dan PKB

Puan Lantik 3 Srikandi Anggota PAW dari Fraksi P-Nasdem, PPP, dan PKB

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com