Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wijayanto
Dosen

Direktur Center for Media and Democracy, LP3ES, Jakarta dan sekaligus Kepala Sekolah Demokrasi, LP3ES. Penulis juga Dosen Media dan Demokrasi, FISIP UNDIP, meraih gelar Doktor dalam bidang Media dan Politik dari Universitas Leiden pada tahun 2019.

Oligarki, Ketimpangan Ekonomi, dan Imajinasi Politik Kita

Kompas.com - 07/03/2018, 06:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Imagine no possessions, I wonder if you can

No need for greed or hunger, a brotherhood of man

Imagine all the people sharing all the world, you...

-- Imagine, John Lennon, 1971

SATU pagi di Leiden. Seorang gadis mengendarai sepeda menyusuri tepian sungai. Ia memakai mantel warna hitam. Syal berwarna terang. Kemeja putih. Juga celana legging dan sepatu boot dengan hak tinggi.

Rambutnya yang ikal diterpa angin. Aroma wangi semerbak di sekelilingnya. Ditingkahi udara pagi yang dingin, wajahnya yang putih berpijar diterpa mentari pagi.

Pemandangan seperti ini biasa saya dapati sambil saya sendiri bersepeda ke kampus, selama lima tahun berada di Belanda.

Seorang pria separuh baya mengenakan jaket warna biru tua yang telah memudar. Memakai kemeja warna merah muda. Ia menambatkan sepeda nya di halaman depan De Vrieshof, salah satu bangunan paling tua di universitas paling tua di Belanda: Universitas Leiden.

Pria paruh baya ini bernama David Henley. Tingginya hampir 1,8 meter. Dia berdarah Inggris, namun telah tiga dekade tinggal dan menjadi warga negara Belanda.

Saya mengenalnya karena dia adalah pembimbing akademik saya. Di halaman kampus universitas itu kadang kami berpapasan, sama-sama memarkirkan sepeda kami.

Dalam sebuah kesempatan excursion, Margreet van Till, koordinator program kami, mengajak saya jalan-jalan ke Binnenhof. Ia merupakan sebuah kompleks bangunan pemerintahan di pusat kota Den Haag di tepi Danau Hofvijver yang luas dan jernih.

Di kompleks Beinnehof itu, terletak gedung Twedee Kamer alias gedung parlemen Belanda. Ada juga bangunan-bangunan kementerian, termasuk kantor Perdana Menteri, tempat kepala pemerintahan belanda bekerja setiap hari. Bangunan itu juga dilengkapi parkir sepeda. Margreet menunjukkan kepada saya di mana tepatnya sang Perdana Menteri memarkir sepedanya.

Apa yang muncul dalam benak kita ketika membaca ilustrasi di atas? Romantis, seperti halnya si gadis tadi? Hemat dan menyukai olahraga seperti halnya profesor saya dan sang Perdana Menteri? Atau, mungkinkah ketiganya adalah orang-orang yang sekaligus memiliki semua sifat itu? Itulah yang saya pikirkan saat awal-awal tiba di Belanda dulu.

Tapi bagaimana jika saya mengatakan bahwa keadaan itu adalah socially constructed atau politically designed? Dengan kata lain, ia lahir dari imajinasi politik masyarakatnya. Apakah Anda akan percaya? Bagaimana ia bisa dijelaskan?

Memangkas jarak si kaya dan si miskin

Sepeda menjadi alat transportasi Belanda usai perang dunia kedua, terutama pada tahun 70-an di mana pertumbuhan ekonomi mencapai 222 persen. Kondisi itu membuat bangsa Belanda memiliki kemampuan untuk memenuhi jalan-jalan mereka dengan mobil. Hasilnya adalah angka kecelakaan lalu lintas yang mencapai belasan ribu per tahun.

Saat itulah muncul class action atau protes masal dari masyarakat menuntut pertumbuhan jumlah mobil dan mulai memprioritaskan sepeda. Lalu pada tahun 1973, Belanda mengalami krisis ekonomi yang cukup berat setelah beberapa dekade yang penuh kemakmuran.

Ini membuat pemerintah makin mendengarkan protes masyarakat. Maka, pada tahun 1975, mulailah diawali kebijakan sepeda sebagai raja jalanan dengan dibangunnya jalur khusus sepeda. Bermula dari Den Haag dan Till Burg, dan akhirnya meliputi seluruh wilayah Belanda. Jika kita mengikuti jalur sepeda itu tanpa henti, kita akan sampai di luar negeri: Jerman, Belgia, Perancis.

Dengan kata lain, saat saya menyaksikan sang gadis, profesor saya, dan Perdana Menteri bersepeda, kenyataan yang saya lihat bukanlah sesuatu yang alamiah. Dia adalah produk dari keputusan politik yang lahir dari sebuah imajinasi bahwa mencipta masyarakat dengan sedikit kecelakaan adalah mungkin.

Namun, sepeda bukan hanya tentang menekan angka kecelakaan, melainkan juga tentang upaya menciptakan masyarakat yang setara secara ekonomi dan sesedikit mungkin memiliki ketimpangan sosial. Mengapa?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Pangkoarmada I Akan Buat Kajian agar Kapal Patroli yang Dibeli dari Italia Ditempatkan di Wilayahnya

Pangkoarmada I Akan Buat Kajian agar Kapal Patroli yang Dibeli dari Italia Ditempatkan di Wilayahnya

Nasional
Pakar: 'Amicus Curiae' untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

Pakar: "Amicus Curiae" untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

Nasional
Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

Nasional
Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

Nasional
Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Nasional
Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

Nasional
Kubu Prabowo Sebut 'Amicus Curiae' Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

Kubu Prabowo Sebut "Amicus Curiae" Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

Nasional
BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Nasional
Aktivis Barikade 98 Ajukan 'Amicus Curiae', Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Aktivis Barikade 98 Ajukan "Amicus Curiae", Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com