Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Pendukung Fanatik di Medsos dan Hilangnya Akal Sehat

Kompas.com - 01/03/2018, 12:12 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

Kompas TV Bagaimana seharusnya aturan baru larangan kampanye ini diterapkan oleh parpol saat kampanye.

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, riuhnya debat kusir politik dan maraknya hoaks di media sosial merupakan fenomena pendukung fanatik tokoh politik di media sosial. Fenomena tersebut memancing perdebatan antar kubu dan memperparah cara berpolitik masyarakat Indonesia.

"Masalah yang dihadapi bukan sekadar pelaku politiknya saja tapi supporter politiknya juga," ujar Dahnil saat meluncurkan buku berjudul Nalar Politik Rente di Gedung Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (28/2/2018).

Gejala tersebut, kata dia, dialami oleh generasi muda Indonesia. Dalam fenomena ini, seseorang terlalu mengidolakan tokoh politik yang disukainya. Apapun perkataan dan perilaku yang dilakukan oleh idolanya akan selalu dianggap benar. Jika tokoh idolanya dikritik di media sosial, sang penggemar justru akan melawan balik dengan keras.

Baca juga : Jelang Pemilu 2019, Masyarakat Jangan Gegabah Sebar Hoaks

"Ada orang yang mati-matian bela Ahok. Ahok salah, Ahok benar pokoknya Ahok benar. Politik kita dipenuhi para fansboy, tiba-tiba ada fansboy Jokowi apapun yang dilakukan Jokowi benar, tiba-tiba semua merasa benar, kita kehilangan nalar sehat," kata dia.

Menurut Dahnil, sikap itu juga memaksa orang-orang yang tak berpihak pada tokoh tertentu untuk berafiliasi.

"Kalau saya enggak sepakat dengan Ahok misalnya, atau Jokowi, saya langsung dibilang fansnya Prabowo. Saya muji Jokowi, dibilang Jokowers," ujar Dahnil.

Selain itu, Dahnil juga menyoroti praktik politik tanpa gagasan. Dahnil menilai masih cukup banyak politisi yang hanya mengandalkan pencitraan tanpa makna demi mengundang perhatian publik. Hal itu membuat karakter publik lebih fokus pada tampilan luar politisi daripada gagasannya.

Baca juga : Jokowi Jadi Imam Sholat di Afghanistan, Fadli Zon Anggap Pencitraan

"Yang dilihat tampilan, dia masuk got apa enggak, dia makai sepatu apa, dia berangkat naik apa. Jangan aneh kalau pemimpin kita tampil seperti pemain sinetron, karena itu yang diinginkan voters. Voters-nya kehilangan akal sehat," ungkapnya.

Dahnil berharap agar cara berpolitik para politisi dan masyarakat dibangun dengan akal sehat. Sebab, Indonesia tak dibangun hanya semata persamaan warna kulit, persamaan nasib dan letak geografis, melainkan juga akal sehat.

"Marilah kita berpolitik dengan akal sehat. Saya orang yang percaya republik ini dibangun karena kita punya nalar yang sehat, istilah Bung Hatta nalar ilmiah," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Nasional
Wapres Sebut Target Penurunan 'Stunting' Akan Dievaluasi

Wapres Sebut Target Penurunan "Stunting" Akan Dievaluasi

Nasional
Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Nasional
Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com