Dalam rekaman terungkap bahwa kedua pengusaha yang ikut dalam proyek pengadaan e-KTP itu ingin penyelidikan yang dilakukan KPK pada 2013 dapat dihentikan.
Dalam rekaman, Anang dan Marliem membicarakan bahwa kasus dugaan korupsi pengadaan e-KTP belum masuk ke tahap penyelidikan KPK.
Baca juga: Dalam Rekaman, Dirut Quadra dan Marliem Ingin Penyelidikan E-KTP Dipadamkan
Keduanya berbicara bahwa pada saat itu KPK masih melakukan pengumpulan bahan dan keterangan (pulbaket).
Dalam percakapan selanjutnya, muncul kata-kata tentang upaya memadamkan penyelidikan KPK.
3. Saat Sarapan Pagi di Rumahnya, Novanto Bilang kepada Andi Khawatir Dikejar KPK
Andi membenarkan bahwa perkataan itu pernah diucapkan Novanto. Namun, ia tidak memahami maksud perkataan itu.
"Ada Pak Novanto ngomong begitu, tetapi prinsipnya saya tidak tahu maksudnya dikejar-kejar KPK," ujar Andi.
Baca juga: Saat Sarapan Pagi di Rumahnya, Novanto Bilang ke Andi Khawatir Dikejar KPK
Meski demikian, Andi menduga, Novanto komplain karena ia terlibat langsung di beberapa perusahaan peserta lelang proyek e-KTP.
4. Kepada FBI, Marliem Akui Penyerahan Uang untuk Novanto Lewat "Money Changer"
Dalam rekaman, Johannes Marliem yang mewakili perusahaan Biomorf Mauritius mengaku pernah diminta beberapa kali menyetorkan uang melalui money changer. Uang-uang tersebut kemungkinan ditujukan kepada Setya Novanto.
Baca juga: Kepada FBI, Marliem Akui Penyerahan Uang untuk Novanto Lewat Money Changer
Berikut petikan kata-kata Marliem dalam transkrip wawancara yang ditampilkan jaksa KPK:
"Mereka meminta Rajesh untuk benar-benar mengirimkannya dari Mauritius"
"Karena saya mendapat arahan yang mengatakan kirim uang ke sini, kirim uang ke sana. Jadi saya menyampaikannya ke Rajesh".
"Sebagian akan ke money changer, namanya saya tidak ingat. Karena itulah saya sampaikan kepada KPK, 'Anda ingin melacak dana?".
"Itu yang saya katakan. Ya bisa jadi Novanto".