2009
Partai Hanura pertama kali mengikuti pemilu pada 2009. Pada pemilu perdananya itu, Partai Hanura mendapatkan suara sebanyak 3.922.870 (3,8 persen) dan 18 kursi di DPR.
Setelah Pemilu Legislatif 2009, Wiranto bersama Jusuf Kalla mengumumkan pencalonannya sebagai pasangan capres-cawapres.
Wiranto menjadi cawapres yang diusung oleh Golkar dan Hanura. Namun, pasangan ini kalah bersaing dengan pasangan SBY-Boediono.
2014
Pada Pemilu Legislatif 2014, Partai Hanura mendapat 6.579.498 suara sah nasional dan 16 kursi di DPR.
Pada tahun yang sama, Wiranto sempat mencalonkan diri sebagai calon presiden berpasangan dengan pemilih MNC Group, Hary Tanoesoedibjo.
Baca juga: Pasek: Kader Hanura yang Ragu Silahkan Balik, Kita Ini Pemaaf
Namun, rencana tersebut akhirnya urung dilakukan mengingat minimnya perolehan suara Partai Hanura dalam Pemilu 2014.
Setelah Joko Widodo terpilih sebagai Presiden pada Pilpres 2014, Wiranto ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan pada reshuffle Kabinet Kerja kedua menggantikan Luhut Binsar Pandjaitan.
Atas alasan ingin fokus bekerja sebagai menteri dan tak ingin rangkap jabatan, Wiranto menyerahkan kepemimpinan Hanura kepada Oesman Sapta Odang.
Target di 2019
Pada Pemilu 2019, partai dengan nomor urut 13 itu menargetkan 81 kursi di DPR.
Hal itu merupakan salah satu hasil Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Hanura yang diselenggarakan di Kuta, Bali, 4-5 Agustus 2017.
"Target optimum adalah 81 kursi atau equal dengan 14,09 persen," kata Ketua Komisi B Rapimnas Partai Hanura, Saiful Nur Maza dalam Rapimnas di Kuta, Bali, Sabtu (5/8/2017).
Target 81 kursi tersebut merupakan target optimal Hanura. Sedangkan target mediumnya adalah 51 kursi atau setara 8,87 persen suara.