Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketum Muhammadiyah Sebut Umat Islam Kerap Jadi Obyek Politik

Kompas.com - 21/02/2018, 22:24 WIB
Krisiandi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

BRISBANE, KOMPAS.com - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir menjadi pembicara dalam forum diskusi bertema "Konsep Islam Berkemajuan" di University of Queensland, Australia, Rabu (21/2/2018).

Dalam sambutannya, Haedar menyampaikan peranan Muhammadiyah untuk Islam yang berkemajuan.

Menurut alumnus Universitas Gadjah Mada ini, Muhammadiyah berupaya untuk menerjemahkan Islam moderat. Haedar menuturkan, ormas Islam yang lahir pada 1912 ini mencoba memposisikan diri sebagai tengahan.

"Kami mengkritik mereka yang ekstrem dan konservatif, tapi di sisi lain kami juga mengkritik yang sekuler," ujar Haedar pada forum yang dihadiri oleh Deputy Head School of Law UQ Simmon Bronitt.

(Baca juga: Muhammadiyah Urus Izin Bangun Sekolah di Melbourne, Australia)

Namun demikian, kata dia, ada kritik internal yang perlu disampaikan pada umat Islam di Indonesia.

Menurut Haedar, selama ini, umat Islam kerap "dininabobokan" dengan konsep rahmatan lil 'alamin atau konsep pembawa kesejahteraan bagi seluruh alam. Padahal, Islam masih tertinggal di banyak sektor.

Bahkan di Indonesia, umat Islam masih dijadikan obyek politik yang dimanfaatkan para elite untuk meraup dukungan. Kondisi ini terjadi lantaran Islam di Indonesia, belum unggul secara kualitas.

"Coba Anda lihat setiap pilkada, pileg atau pilpres, banyak tokoh (politisi) yang datang (menemui umat Islam). Pondok pesantren laris saat pilkada" kata dia saat ditemui Kompas.com seusai acara.

(Baca juga: Muhammadiyah: Negara Tak boleh Toleran atas Teror Terhadap Umat Beragama)

Namun, kedatangan atau kunjungan para politisi tersebut kebanyakan tak berefek positif bagi umat Islam. Kontrak politik yang bisa menjamin dampak positif baru bisa diciptakan apabila umat Islam melek politik.

"Tapi apabila buta politik ya jadi obyek saja. Diambil suaranya, tapi setelah itu para elite tak peduli nasib mereka," ujar Haedar.

Saat ini, kata dia, sudah saatnya ada daya tawar politik antara umat Islam dan para elite. Daya tawar itu ada jika umat Islam cerdas, berilmu dan mandiri.

"Kalau tidak punya kemampuan ya jadi korban," tutur dia.

Haedar didampingi pengurus pusat Muhammadiyah dan 37 rektor Universitas Muhammadiyah seluruh Indonesia melawat ke sejumlah kota di Australia. Dia menjadi pembicara terkait Islam berkemajuan.

Selain di Brisbane, Haedar mengunjungi sejumlah institusi pendidikan di Melbourne, Sydney serta Canberra.

Kompas TV Seusai membunyikan tombol sirine, Presiden Jokowi kemudian menandatangani peresmian beroperasinya Klinik Apung Said Tuhuleley. Peresmian dilakukan Presiden seusai membuka Sidang Tanwir Muhammadiyah di Gedung Islamic Centre Ambon. Klinik Apung Said Tuhuleley merupakan fasilitas kesehatan yang dibangun dengan basis kapal. Klinik apung ini diharapkan akan memenuhi kebutuhan layanan kesehatan masyarakat yang ada di pulau-pulau di wilayah Maluku. Saat peresmian, Presiden Jokowi didampingi Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Gubernur Maluku Said Assagaff.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
MK Bakal Unggah Dokumen 'Amicus Curiae' agar Bisa Diakses Publik

MK Bakal Unggah Dokumen "Amicus Curiae" agar Bisa Diakses Publik

Nasional
PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

Nasional
Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Nasional
MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Nasional
Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Nasional
Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Nasional
FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

Nasional
Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com