Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut ICW, Fenomena Calon Tunggal Imbas Kegagalan Partai

Kompas.com - 08/02/2018, 17:56 WIB
Estu Suryowati,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Donal Fariz menilai, fenomena calon tunggal di Pilkada Serentak 2018 terjadi karena partai-partai politik gagal mereformasi diri.

Donal menuturkan, ketika banyak perbaikan dalam penyelenggaraan pemilu paska-reformasi, seperti modernisasi penyelenggaraan pemilu, penggunaan IT, serta melengkapi lembaga, partai-partai politik justru bergeming, mengalami stagnasi.

Padahal, kata Donal, partai-partai politik inilah yang menghasilkan kandidat atau istilahnya menjadi "dapur" para bakal calon kepala daerah.

"Kalau sekarang hanya ada 11 calon tunggal, berarti dapurnya yang salah karena hanya menyediakan menu tunggal, sehingga orang tidak punya kesempatan untuk memilih menu lain. Dapurnya ini adalah parpol," kata Donal, di Jakarta, Kamis (8/2/2018).

Baca juga : Calon Tunggal di Pilkada Serentak Didominasi Petahana

Lebih lanjut, dia mengatakan, ketidakmampuan parpol dalam memberikan pilihan calon pemimpin sangat terlihat dalam tahap pemilihan.

Donal menuturkan, sampai saat ini tidak pernah bisa dijelaskan secara gamblang, bagaimana mekanisme di internal partai untuk mengusung orang yang akan menjadi calon kepala daerah.

"Jangankan kita sebagai outsider. Orang di internal parpol pun bingung, mekanisme apa yang digunakan oleh partai untuk mengusung seseorang sebagai calon," kata Donal.

Dia menambahkan, hanya dua kalimat yang sering didengar publik, ketika ditanyakan, siapa bakal calon kepala daerah yang akan diusung suatu partai. Pertama, "Terserah kata Ibu". Kedua, "Terserah kata Bapak".

Baca juga : Potensi Calon Tunggal di 13 Daerah, Bawaslu Nilai Pengawas Diperlukan

"Sering kita mendengar 'Belum diputuskan oleh Ibu'. Atau, 'Belum diputuskan oleh Bapak'. Dua kalimat itu menggambarkan kepada kita bahwa hampir tidak ada mekanisme clear di internal partai untuk mengusung seseorang menjadi calon kepala daerah," ungkap Donal.

Oleh karenanya, lanjut Donal, tak heran pula jika muncul fenomena mahar-mahar politik dalam pencalonan. Namun, lagi-lagi sayang, hal ini kata dia, jarang terungkap.

Saat ini ada 11 calon tunggal dalam Pilkada Serentak 2018. Mereka adalah Ahmed Zaki-Mad Romli (Tangerang), Arief Wismansyah-Sachrudi (Kota Tangerang), Mohammad Irsyad Yusuf-Mujib Imron (Pasuruan), Ridho Yahya-Andriansyah Fikri (Prabumulih), serta Muslimin Bando-Asman (Enrekang).

Kemudian ada James Sumendap-Jesaja Jocke (Minahasa Tenggara), Muhammad Arifin Arpan-Syafrudin Noor (Tapin), Willem Wandik-Alus Uk Murib (Puncak), John Richard Banua-Marthin Yogobi (Jayawijaya), Ramlan Badawi-Marthinus Tiranda (Mamasa), serta Andar Amin Harahap-Hariro Harahap (Padang Lawas Utara).

Kompas TV KPU Luwu menyatakan pasangan Buhari Kahar Muzakkar - Wahyu Napeng tidak lolos verifikasi calon bupati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com