JAKARTA, KOMPAS.com - Zainal mengungkapkan kekecewaannya pada agen perjalanan umrah PT Garuda Angkasa Mandiri karena dirinya tak kunjung berangkat. Ia mendaftarkan empat orang, yakni ibu, istri, anak, dan dirinya sendiri, pada November 2015.
Semestinya, ia sekeluarga berangkat pada Februari 2016. Namun, hingga 2017, keluarganya belum juga berangkat.
"Saya minta uang kembali, tapi tidak dikembalikan. Akhirnya saya minta tetap diberangkatkan," kata Zainal di Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (5/2/2018).
Akhirnya, keluarga Zainal mendapat jadwal berangkat pada November 2017. Namun, bukan dirinya yang berangkat, melainkan ibu, istri, dan anaknya. Zainal tak masalah asalkan keluarganya, terutama ibu yang dia kasihi, bisa pergi umrah.
"Saya pesan ke mereka, ibu saya usianya sudah tua. Tolong jangan dikecewakan," kata dia.
(Baca juga: Ada Kasus Serupa First Travel, Polisi Minta Masyarakat Tak Tergiur Umrah Murah)
Nyatanya, di hari keberangkatan pada 28 November 2017, mereka gagal berangkat. Akhirnya mereka diminta berkumpul lagi di bandara pada 2 Desember 2017. Namun, harapan meteka kembali pupus karena pihak biro perjalanan beralasan paspornya belum datang.
Akhirnya mereka diinapkan di hotel dekat bandara sambil menunggu rombongan dari Pekalongan. Bukannya langsung berangkat, calon jemaah kembali dimintai uang.
"Ditawarkan tambah dana sebagai pinjaman. Dengan embel-embel itu. Jemaah suruh meminjamkan ke travel Rp 11,8 juta supaya bisa berangkat," kata Zainal.
Karena tak ingin keluarganya gagal, ia pun mengeluarkan kocek lagi. Sesampainya di sana, keluarga Zainal dan rombongan dari Pekalongan terlantar di hotel karena belum dipesan oleh pihak biro perjalanan. Akhirnya, mereka berisitirahat di mushala hotel.
Keesokan harinya baru pihak biro perjalanan mengirim uang untuk booking kamar selama dua hari.
"Itu tanpa makan. Keluarga saya jajan, beli sendiri. Datanglah dari Madinah, baru ke Mekkah. Jemaah dari Pekalongan transpor bayar sendiri Rp 10 juta," kata Zainal.
(Baca juga: Datangi Bareskrim, Ini yang Dilakukan Korban Travel Umrah)
Begitu ke Madinah, mereka kembali mengalami hal yang sama. Pihak biro perjalanan tidak membuka kamar untuk rombongan dari Indonesia.
Zainal kembali dikecewakan saat keluarganya akan kembali ke Tanah Air. Tiket yang diberikan pihak biro perjalanan untuk pulang-pergi, tidak bisa digunakan untuk pulang ke Indonesia. Akhirnya, Zainal lagi-lagi mengeluarkan uang Rp 27 juta untuk membayar tiket kepulangan.
"Kerugian saya, hotel di Madinah tidak di-booking, uang makan tidak dibayar untuk keluarga saya, pulangnya tiket tidak bisa dipakai. Di situ saya kecewanya," kata Zainal.
Kekecewaan Zainal kian bertambah karena gagal membahagiakan ibunya. Bukannya merasa nyaman selama umrah, tapi harus ikut kecewa karena semua fasilitas tidak terpenuhi.