Lalu pada isu terakhir, BEM UI juga menyoroti adanya draf peraturan baru organisasi mahasiswa (ormawa). Aturan baru itu dinilai mengancam kebebasan berorganisasi dan gerakan kritis mahasiswa.
(Baca juga: Ini Alasan Ketua BEM UI Acungkan "Kartu Kuning" ke Jokowi)
Tak Tersinggung
Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Johan Budi Saptopribowo memastikan bahwa Jokowi tidak tersinggung dengan aksi Zaadit.
"Terhadap aksi ini, Presiden Jokowi biasa saja, enggak tersinggung," ujar Johan usai acara tersebut.
Presiden tetap mengikuti acara hingga selesai. Ia juga tidak memerintahkan apa-apa kepada jajarannya terkait peristiwa tersebut.
(Baca: Diberi "Kartu Kuning" di UI, Jokowi Tidak Tersinggung)
Kepala Humas dan Keterbukaan Informasi Publik UI, Rifelly Dewi Astuti memastikan, tak ada sanksi apa pun yang diberikan ke Zaadit atas aksinya itu. Pihak kampus melalui Direktorat Kemahasiswaan hanya membina Zaadit dengan cara persuasif saja.
"Hanya kami beri pembinaan. Kami didik agar mengungkapkan pendapat itu mesti dengan cara yang baik," ujar Rifelly.
Pertemuan batal
Johan Budi juga menyebut, awalnya Jokowi sudah dijadwalkan menerima Ketua BEM UI usai acara.
"Tapi acara itu batal karena aksi tersebut," kata Johan.
Namun, Kepala Kajian dan Aksi Strategis Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) Alfian Tegar Prakasa membantah keterangan Johan. Ia menegaskan, belum ada kepastian jadwal pertemuan dengan Jokowi.
"Pernyataan tersebut sebenernya kondisinya berbeda dengan kondisi lapangan. Kami belum mendapatkan janji yang sudah bisa dipastikan sampai pada dini hari," kata Alfian kepada Kompas.com, Jumat (2/1/2018).
Alfian mengatakan, BEM UI sebenarnya hanya ingin menyampaikan kritik dan masukan kepada Jokowi terkait sejumlah permasalahan yang belakangan terjadi. Keinginan ini pun sudah disampaikan jauh-jauh hari ke pihak Rektorat UI.
Harapannya, Rektorat UI dapat memfasilitasi pertemuan saat Jokowi menghadiri Dies Natalis UI pada Jumat.