Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Algooth Putranto

Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI).

Lawatan ke Selatan, Upaya Jokowi Menyempurnakan Visi Diplomasi RI

Kompas.com - 31/01/2018, 18:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Di luar itu, sejak memiliki hubungan ekonomi, kedua negara pun relatif stabil. Riak sempat muncul ketika pada awal 1990-an, Pemerintahan Soeharto memutuskan penghentian impor sapi dari India karena alasan keamanan pangan yang memang berlaku secara internasional.

Toh urusan daging tak membuat hubungan Indonesia-India terganggu serius. Bagai film Bolywood, jalinan Indonesia dan India termasuk romantis. Saling berkunjung tak kurang. Bahkan kunjungan presiden paling banyak bahkan dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Tercatat tiga kali, Presiden SBY berkunjung ke India termasuk ketika meneken Strategic Partnership Agreement pada 2005 dan menghadiri hari jadi India pada 2011 dan didaulat sebagai chief guest atau tamu utama.

Tidak heran jika kemudian kunjungan Jokowi ke India untuk yang kedua kalinya mempertegas kuatnya hubungan Jakarta dan New Delhi untuk mengimbangi hubungan yang baik antara Jakarta dan Beijing.

Pada sisi lain, hubungan dagang Indonesia dengan Pakistan dan Afghanistan pun tak kalah menariknya. Hingga akhir 2015, Indonesia masih menikmati surplus.

Tak heran jika kini pemerintahan Jokowi melonggarkan impor jeruk Pakistan, jumlahnya masih jauh di bawah surplus nilai ekspor produk sayuran Indonesia.

Bagaimana hubungan ekonomi Indonesia dan Bangladesh? Sejauh ini data yang ada masih sangat minim.

Meski demikian, sudah bisa dipastikan kunjungan Jokowi ke Dhaka melipatgandakan ekspor Indonesia berkat ditekennya perjanjian ekspor gas ke Bangladesh selama satu dekade mendatang.

Di luar usaha menjaga tali silahturahmi dan keberhasilan mencari cuan dari setiap kunjungan, jelas kepentingan Indonesia dalam kunjungan Jokowi ke Bangladesh adalah meneruskan upaya intervensi Indonesia terhadap sengketa pengungsi Rohingya yang menjadi persoalan kemanusiaan Asia Tenggara.

Kita tentu belum lupa bagaimana pada September 2017 ketika Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi atas perintah Presiden Jokowi terbang ke Yangon untuk kemudian ke Naypyidaw untuk memberikan tekanan langsung pada pemerintah Myanmar agar aksi kekerasan terhadap Rohingya di wilayah Rakhine dihentikan.

Menariknya, ketika Jokowi mampir ke Bangladesh, dia melakukan kunjungan ke kamp pengungsi Rohingya di Kamp Jamtoli, Sub Distrik Ukhiya, Distrik Cox's Bazar, Bangladesh. Tindakan simpatik serupa Presiden Soeharto yang mendadak mampir ke kamp pengungsi asal Afghanistan di Gandaf, Pakistan, pada akhir tahun 1980.

Kunjungan seorang pemimpin negara tentu diharapkan dapat mempercepat proses penanganan pengungsi dan penyelesaian konflik yang sedikit banyak berpengaruh terhadap kondisi regional secara keseluruhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com