Di luar itu, sejak memiliki hubungan ekonomi, kedua negara pun relatif stabil. Riak sempat muncul ketika pada awal 1990-an, Pemerintahan Soeharto memutuskan penghentian impor sapi dari India karena alasan keamanan pangan yang memang berlaku secara internasional.
Toh urusan daging tak membuat hubungan Indonesia-India terganggu serius. Bagai film Bolywood, jalinan Indonesia dan India termasuk romantis. Saling berkunjung tak kurang. Bahkan kunjungan presiden paling banyak bahkan dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Tercatat tiga kali, Presiden SBY berkunjung ke India termasuk ketika meneken Strategic Partnership Agreement pada 2005 dan menghadiri hari jadi India pada 2011 dan didaulat sebagai chief guest atau tamu utama.
Tidak heran jika kemudian kunjungan Jokowi ke India untuk yang kedua kalinya mempertegas kuatnya hubungan Jakarta dan New Delhi untuk mengimbangi hubungan yang baik antara Jakarta dan Beijing.
Pada sisi lain, hubungan dagang Indonesia dengan Pakistan dan Afghanistan pun tak kalah menariknya. Hingga akhir 2015, Indonesia masih menikmati surplus.
Tak heran jika kini pemerintahan Jokowi melonggarkan impor jeruk Pakistan, jumlahnya masih jauh di bawah surplus nilai ekspor produk sayuran Indonesia.
Bagaimana hubungan ekonomi Indonesia dan Bangladesh? Sejauh ini data yang ada masih sangat minim.
Meski demikian, sudah bisa dipastikan kunjungan Jokowi ke Dhaka melipatgandakan ekspor Indonesia berkat ditekennya perjanjian ekspor gas ke Bangladesh selama satu dekade mendatang.
Di luar usaha menjaga tali silahturahmi dan keberhasilan mencari cuan dari setiap kunjungan, jelas kepentingan Indonesia dalam kunjungan Jokowi ke Bangladesh adalah meneruskan upaya intervensi Indonesia terhadap sengketa pengungsi Rohingya yang menjadi persoalan kemanusiaan Asia Tenggara.
Kita tentu belum lupa bagaimana pada September 2017 ketika Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi atas perintah Presiden Jokowi terbang ke Yangon untuk kemudian ke Naypyidaw untuk memberikan tekanan langsung pada pemerintah Myanmar agar aksi kekerasan terhadap Rohingya di wilayah Rakhine dihentikan.
Menariknya, ketika Jokowi mampir ke Bangladesh, dia melakukan kunjungan ke kamp pengungsi Rohingya di Kamp Jamtoli, Sub Distrik Ukhiya, Distrik Cox's Bazar, Bangladesh. Tindakan simpatik serupa Presiden Soeharto yang mendadak mampir ke kamp pengungsi asal Afghanistan di Gandaf, Pakistan, pada akhir tahun 1980.
Kunjungan seorang pemimpin negara tentu diharapkan dapat mempercepat proses penanganan pengungsi dan penyelesaian konflik yang sedikit banyak berpengaruh terhadap kondisi regional secara keseluruhan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.