Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Algooth Putranto

Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI).

Lawatan ke Selatan, Upaya Jokowi Menyempurnakan Visi Diplomasi RI

Kompas.com - 31/01/2018, 18:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

BAGI generasi zaman now, lawatan Presiden Joko Widodo ke lima negara di Asia Selatan: Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka, dan Afghanistan mungkin kurang menarik. Bandingkan ketika Jokowi berkunjung ke negara-negara Eropa, Amerika, Asia Timur, atau ke Timur Tengah.

Tidak banyak generasi zaman now yang mengingat bagaimana tradisi diplomasi Indonesia terhadap Asia Selatan sudah diterapkan oleh para founding father kita sejak Repubik ini berdiri. Oleh Soekarno, hubungan tersebut kemudian dipertahanan dan dijaga.

Sebagai negara baru merdeka, Soekarno belia dikenal akrab dengan para pemimpin kemerdekaan India seperti Pandit Jawaharlal dan Biju Patnaik. Para pemimpin India itu rajin mengecam upaya Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia selepas Jepang menyerah kalah.

Dukungan para pemimpin India tentu sangat bermanfaat bagi Indonesia, tidak heran ketika terdengar kabar krisis pangan di India yang belum merdeka dari Inggris, Soekarno melalui Sjahrir pun memerintahkan pengumpulan beras untuk dikirim.

Sedikitnya 15.000 ton beras yang disimpan di Banyuwangi, Jawa Timur, dikirim ke Cochin, India Selatan, dengan menembus blokade Belanda. Sebagai balasan, India melalui Morarji Desai mengirim kain. Agar kedua komoditi itu tidak diganggu Belanda, hal tersebut disebut sebagai misi diplomatik.

Hubungan baik itu bahkan berlanjut ketika Nehru memerintahkan Biju Patnaik dengan pesawat Dakota untuk menyelamatkan Perdana Menteri Sjahrir ke Singapura atau ke India, hanya sehari berselang digelarnya Agresi Militer I oleh Belanda.

Kerjasama itu berlanjut ketika India kemudian mengundang Abu Hanifa, delegasi Indonesia untuk menghadiri Konferensi Hubungan Asia di New Delhi tahun 1949 yang kemudian meneken perjanjian kerjasama lebih erat dan berlanjut pada Gerakan Non Blok yang dimulai pada 1951.

Presiden Joko Widodo menyempatkan diri naik ke kokpit pesawat tempur JF-17 Thunder hasil kerja sama industri kedirgantaraan Pakistan dengan Tiongkok di Pangkalan Udara Nur Khan, Islamabad, Pakistan, Sabtu, sebelum melanjutkan perjalanan ke Bangladesh. Biro Pers Setpres Presiden Joko Widodo menyempatkan diri naik ke kokpit pesawat tempur JF-17 Thunder hasil kerja sama industri kedirgantaraan Pakistan dengan Tiongkok di Pangkalan Udara Nur Khan, Islamabad, Pakistan, Sabtu, sebelum melanjutkan perjalanan ke Bangladesh.
Hubungan mesra kedua berlanjut cukup lama, yang sayangnya sempat terganggu di masa akhir kekuasaan Soekarno yang terobsesi dengan Poros Jakarta-Peking-Moskow. Riak kecil sempat terjadi ketika pada Oktober 1965, Jakarta mengirimkan dua kapal selam untuk ditempatkan di Pakistan yang saat itu terlibat konflik Kashmir.

Sejatinya kapal perang itu tidak untuk bertempur, adanya peralatan tempur Indonesia yang sudah dianggap sebagai saudara bagi India di muka kepulauan Andaman dan Nicobar, membuat India yang lebih superior ragu hingga kesepakatan damai India-Pakistan pun berhasil diteken.

Meski membuat sahabat lama Indonesia gerah, peristiwa tersebut membuat Pakistan terus mengenang jasa baik Indonesia. Kerjasama tersebut banyak bermanfaat dalam misi dukungan militer Indonesia dalam konflik Afghanistan yang diduduki Uni Soviet pada era-1980-an.

Menariknya, pangkalan tempat kapal selam Indonesia di Cittagong, Pakistan Timur, tak berapa lama kemudian memerdekakan diri sebagai Bangladesh yang kelahirannya pun tak lepas dari dukungan militer India terhadap gerakan Mukti Bahini.

Lalu di mana peran Indonesia terhadap Bangladesh? Menlu Adam Malik atas persetujuan Presiden Soeharto menggandeng Malaysia pada 25 Februari 1972 untuk memberikan dukungan bagi Bangladesh agar diakui oleh Organisasi Konferensi Islam ketika negara-negara Arab bergeming.

Presiden Joko Widodo saat melaksanakan kunjungan kenegaraan si Sri Lanka, Rabu (24/1/2018).Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden Presiden Joko Widodo saat melaksanakan kunjungan kenegaraan si Sri Lanka, Rabu (24/1/2018).


Nilai ekonomi
 

Meski demikian, sebagai kerja sama yang idealnya saling menguntungkan dan setara, jika dilihat dari kuantitas dan kualitas saling berbalas kunjungan, di antara keempat negara lain di Asia Selatan, hubungan diplomatik Indonesia tetaplah paling erat dengan India. Seluruh presiden Indonesia pun rajin dan konsisten menjaga kualitas jalinan hubungan tersebut.

Benar bahwa hubungan ekonomi Indonesia dan India memang naik turun, namun Indonesia lebih gagah karena menikmati keuntungan lebih. Hanya pada tahun 1970-an hingga pertengahan 1980-an, India menikmati surplus. Selebihnya Indonesia yang lebih diuntungkan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com