JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Muhammad Subuh menyatakan, pasokan obat untuk penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) di Asmat, Papua, lebih dari cukup.
"Yang kami lihat di lapangan, di gudang farmasinya, sebenarnya more than enough," kata Subuh, saat ditemui usai rapat terbatas di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, di Jakarta, Rabu (31/1/2018).
Hanya saja, ada masalah kendala pada tenaga kesehatan yang bisa menggunakan obat tersebut. Tidak semua obat bisa diberikan sembarangan tanpa adanya tenaga medis yang ahli.
"Bagaimana untuk mendiagnostik, enggak bisa semua orang sehat dikasih obat, ini jadi masalah," ujar Subuh.
Kemenkes, menurutnya, sudah mengirimkan tenaga medis ke Papua sebanyak 2 gelombang. Jumlah tenaga medis yang dikirim pada gelombang kedua ini sebanyak 45 orang.
(Baca juga: Atasi KLB Campak dan Gizi Buruk, 90 Persen Program Kementerian Sudah Masuk ke Asmat)
Tenaga medis tersebut merupakan penambahan dari sebelumnya 30 orang pada gelombang pertama yang dikirim ke Papua. Subuh menambahkan, TNI juga terakhir kali mengirimkan sekitar 75 dokter umum.
"Tenaga medis dari Kemenkes terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga epidemologi, tenaga imunisasi, tenaga gizi, dan lain-lain," ujar Subuh.
Tenaga medis dari Kemenkes masing-masing gelombang akan berada selama 10 hari di Papua sebelum dirotasi kembali.
Rencananya, setiap gelombang akan diperpanjang menjadi selama satu bulan. Pihaknya akan mengevaluasi soal sampai kapan kebutuhan tenaga medis dari Kemenkes dikirim ke Papua.
Tak hanya kendala tenaga medis, masalah geografis, transportasi, penyebaran penduduk, jadi masalah dalam pendistribusian obat.
Subuh mengatakan, masyarakat yang dapat dijangkau tenaga medis cukup antusias menerima pelayanan kesehatan.
"Buktinya kami bawa 50 vial, tim pulang, habis. Jadi artinya hambatan untuk penolakan-penolakan itu enggak ada, ada beberapa yang takut sakit, tapi biasanya kami bujuk," ujar Subuh.