Di Jawa Barat misalnya, dukungan partai politik lebih cair sehingga tidak terjadi polarisasi dukungan yang besar kepada calon kepala daerah. Selain itu, calon kepala daerahnya juga seragam yakni semuanya islam dan masing-masing pasangan memiliki calon yang berasal dari suku mayoritas yakni Sunda.
Sementara itu di Kalimantan Barat, provinsi yang disebut memiliki potensi besar munculnya politik identitas, juga tidak memenuhi dua faktor di atas. Polarisasi yang terjadi kata Djayadi yaitu melayu dan non melayu, namun dari sisi dukungan, partai politiknya juga lebih cair.
Baca juga : Politik Identitas Dikhawatirkan Potensial di Pilgub Jabar 2018
“Maka kalau disebut adanya ancaman kayanya tidak terlalu tinggi,” kata dia.
Potret yang kurang lebih sama juga hampir terjadi di pilkada tingkat kabupaten atau kota. Satu daerah yang paling rawan politik identitas yaitu Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
Djayadi mengatakan bahwa situasi politik di Mamasa mirip dengan Jakarta jelang Pilkada 2017 lalu. Saat ini kata dia, Petahana adalah Islam sementara hampir 70 persen masyarakat Mamasa adalah Kristen.
Namun potensi politik identitas di Pilkada Mamasa juga menjadi tidak ada sebab perkembangan terbaru hanya ada calon tunggal yang akan maju dalam Pilkada Mamasa 2018.