JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Amar mengeluhkan minimnya ketersediaan tenaga medis, khususnya dokter, untuk menangani anak-anak yang terkena gizi buruk di kabupaten Asmat, Papua.
"Tenaga medis kurang, tenaga dokter sangat minim. Kepala Puskesmas bukan Dokter," ujar Boy di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK-PTIK), Jakarta, Rabu (24/1/2018).
Karenanya, kata mantan Kepala Divisi Humas Polri itu, Polda Papua telah meminta bantuan tenaga medis atau dokter dari Mabes Polri.
"Polda Papua meminta BKO dokter kepada Pusdokkes Mabes Polri. Saya yakin mudah-mudahan dipenuhi untuk kita perbantukan," kata dia.
Boy berharap, program-program dokter muda atau dokter magang bisa dihadirkan ke kabupaten Asmat, Papua.
"Sehingga bisa mengisi pos yang kosong terutama Kepala Puskesmas di Asmat itu. Jadi beberapa puskesmas tidak ada dokter, yang ada paramedis," kata Boy.
(Baca juga: Kapolda Papua Sebut Lebih dari 10.000 Anak Asmat Bergizi Buruk)
"Tetapi kalau di RSUD yang ada di Agats itu cukup, baik spesialis maupun dokter umum dan paramedis lainnya cukup," tambah dia.
Boy sendiri mengungkapkan bahwa lebih dari 10.000 anak-anak di kabupaten Asmat, Papua terkena gizi buruk.
"Yang mengalami gizi buruk, kalau kemarin ya cukup tinggi ya, kurang lebih di antara 10.000- 15.000," ujar Boy.
Menurut Boy, pihaknya telah melakukan upaya aktif dengan memberikan pelayanan kesehatan, termasuk vaksin dan distribusi makanan.
Persoalan gizi buruk yang menimpa anak-anak Asmat itu dinilai Boy, karena lokasi yang cukup jauh pusat kota untuk distribusi makanan.
Saat ini, kata Boy, dibutuhkan juga cadangan vaksin untuk anak-anak tersebut, kurang lebih sebanyak 2.000-3.000 vial.
Boy juga menambahkan, akses Puskesmas juga jauh dari lokasi anak-anak yang terkena gizi buruk tersebut.