JAKARTA, KOMPAS.com — Pelataran Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Selasa (23/1/2018), seperti biasa, ramai oleh awak media massa.
Menjelang pukul 10.00, sebuah mobil tahanan berwarna hitam dengan lampu sirene berhenti tepat di depan pintu masuk gedung KPK.
Petugas KPK dengan gesit membuka pintu tengah kendaraan.
Mantan Ketua DPR Setya Novanto yang ditahan dalam kasus dugaan korupsi e-KTP keluar dari mobil tahanan.
Mengenakan rompi oranye berlogo "Tahanan KPK", Novanto hanya didampingi seorang pengawal tahanan.
Baca juga: Aziz: Tak Ada yang Namanya Loyalis Setya Novanto di DPR
Wartawan kini dapat dengan bebas menghampiri Novanto sambil mengajukan pertanyaan.
Kondisi ini jauh berbeda saat Novanto masih berstatus sebagai saksi.
Kini, tidak ada lagi kawalan kader atau fungsionaris partai yang ikut mendampinginya.
Sebut saja Sekretaris Jenderal Partai Golkar saat itu Idrus Marham, politisi Golkar Nurul Arifin, dan Ketua Bidang Hukum DPP Partai Golkar Rudi Alfonso.
Ada yang mengatakan, kedudukan dan status sosial memengaruhi hubungan seseorang dengan teman atau orang-orang terdekatnya. Hal itu tampaknya berlaku juga pada diri Setya Novanto.
Sejak menyandang status sebagai tersangka, mantan Ketua Umum Partai Golkar itu mulai kehilangan pendukung.
Baca juga: Fadli Zon Minta KPK Serius Usut Keterangan Novanto soal Bagi-bagi Duit E-KTP
Satu per satu pendukung Novanto di internal partai mulai menarik diri, bahkan ada yang ingin segera melengserkannya dari kursi tertinggi di partai berlambang pohon beringin itu.
Keadaan itu terus berlanjut hingga Novanto menjalani persidangan sebagai terdakwa di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta.
Tak ada petinggi partai yang hadir mendampingi Novanto selama beberapa kali persidangan.