Dengan hardware baru dan jaringan yang ditambah, diharapkan performa aplikasi bisa lebih cepat. "Jadi masyarakat bisa dimudahkan dan aman," ujar Agung.
Dalam tahap ini pihaknya juga menjalin kerja sama dengan Bappenas. Bulan ini, pihaknya berencana membahas mengenai keamanan pelayanan publik dengan Bappenas.
Misalnya soal anggaran untuk aplikasi ini. Untuk menjalankan teknologi aplikasi ini menurut dia butuh sumber daya yang memadai sehingga perlu adanya anggaran.
(Baca juga: Cerita Berburu Paspor Kilat di Monas, Datang Pagi-pagi, Berdesakan hingga Tak Kebagian Kuota)
Kemudian bersama Bappenas pihaknya juga membuat regulasi.
"Pentagon saja setiap hari diganggu, tapi kan mereka punya sumber daya yang bagus. Sementara kita juga harus memprotect, itu berarti harus diamankan dari segi regulasi juga diamankan dari segi personilnya," ujar Agung.
"Itu yang akan dibahas dengan Bappenas jangka panjang. Diharapkan upaya paralel ini dapat menyelesaikan," tambah dia.
Data Imigrasi sejak aplikasi antrean paspor online ini dilauncing Mei 2017 hingga Desember 2017, kata Agung, ada setengah juta lebih warga yang menggunakan aplikasi itu.
Tetapi, jumlah itu sempat menurun akibat serangan dari akun fiktif tersebut. Serangan tersebut membuat kepercayaan masyarakat menggunakan aplikasi ini menurun.
"Sehingga rating di play store itu dari 4,5 turun jadi 2,9 gara-gara masyarakat menganggap ini main-main. Dampaknya luar biasa, masyarakat dirugikan betul. Makanya enggak heran kalau polisi sangat sungguh-sungguh melakukan penelusuran," ujar dia.