Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Catatan dari Manila: Sikap Keras Duterte dari Istana yang Sederhana

Kompas.com - 20/01/2018, 15:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

SENIN petang tanggal 15 Januari 2018, saya tiba di Manila, ibukota Filipina. Kehadiran saya adalah atas undangan dari Armed Forces of the Philippines dalam acara “Small Gathering of Retired Senior Military Generals of ASEAN” yang berlangsung sejak tanggal 15 hingga 18 Januari 2018.

Pertemuan ini adalah merupakan hasil dari kesepakatan yang telah dicapai antara Pinnacle Club of ASEAN bersama US-China Sanya Initiative, tahun lalu di Bangkok, yang kemudian disetujui oleh Angkatan Perang Filipina untuk berperan sebagai tuan rumah dengan dukungan penuh oleh Sekretariat The Pinnacle Club.

Pertemuan yang disebut sebagai “small gathering” dari para Senior Purnawirawan Jenderal se ASEAN ini diisi dengan berbagai kegiatan yang pada intinya adalah meningkatkan persahabatan para mantan petinggi Militer ASEAN dengan US-Sanya Initiative.

Dimulai dengan Welcome Dinner oleh tuan rumah The Chief of Staff Armed Forces of the Philippines General Rey Leonardo B Guerrero AFP, di Ballroom Fairmont Hotel, Makati City.

Hari kedua, Selasa tanggal 16 Januari 2018 dilaksanakan “Roundtable discussion” dengan topik terorisme dan kerjasama militer Asia Tenggara. Diskusi didahului presentasi oleh Defense Secretary Republic of the Philippines Delfin Lorenzana dan Chief of Staff Armed Forces of the Philippines General Rey Guerrero.

Dilanjutkan oleh dua orang perwakilan anggota Pinnacle Club, masing-masing dari Thailand dan Indonesia. Dari Thailand disampaikan oleh Former Permanent Secretary of Defense of Thailand General Winai Phattiyakul, sementara dari Indonesia adalah saya sendiri Marsekal Chappy Hakim, Former Chief dari Indonesian Air Force.

Hari ketiga didahului oleh eksekutif program di pagi hari dan siang menjelang petang seluruh delegasi diterima oleh Presiden Republik Philippina Rodrigo Duterte.

Pada hari kedua gathering, yaitu tanggal 16 Januari 2018 pukul 09.00 waktu Manila, bersamaan dengan pukul 08.00 WIB, saya sempat berjumpa dengan Fidel V Ramos, Presiden Filipina ke-12 yang memerintah sejak tahun 1992 hingga 1998.

Bertemu dengan Fidel V Ramos, Presiden Filipina 1992-1998 di sela-sela acara ?Small Gathering of Retired Senior Military Generals of ASEAN? yang berlangsung sejak tanggal 15 hingga 18 Januari 2018.  Gathering ini adalah merupakan hasil dari kesepakatan yang telah dicapai antara Pinnacle Club of ASEAN bersama US-China Sanya Initiative, tahun lalu di Bangkok, yang kemudian disetujui oleh Angkatan Perang Philippina untuk berperan sebagai tuan rumah dengan dukungan penuh oleh Sekretariat The Pinnacle Club.Dok Chappy Hakim Bertemu dengan Fidel V Ramos, Presiden Filipina 1992-1998 di sela-sela acara ?Small Gathering of Retired Senior Military Generals of ASEAN? yang berlangsung sejak tanggal 15 hingga 18 Januari 2018. Gathering ini adalah merupakan hasil dari kesepakatan yang telah dicapai antara Pinnacle Club of ASEAN bersama US-China Sanya Initiative, tahun lalu di Bangkok, yang kemudian disetujui oleh Angkatan Perang Philippina untuk berperan sebagai tuan rumah dengan dukungan penuh oleh Sekretariat The Pinnacle Club.
Sang Presiden yang populer dipanggil Eddie atau FVR ternyata adalah seorang jenderal lulusan West Point, United States Military Academy tahun 1950. Pagi itu ia mengenakan rompi warna biru muda dengan sulaman huruf berwarna hitam pekat , tertulis “Eddie” dan tepat di bawahnya tiga huruf bertengger “FVR”.

Dia memperkenalkan dirinya sebagai “the young veteran” of the Philippnes dengan usia yang akan mencapai 90 tahun pada tanggal 18 Maret yang akan datang.

Ramos sendiri sampai dengan hari ini masih menjadi Chairman dari RPDEV, Ramos Peace and Development Foundation, Inc dengan tagline-nya yang selalu didengang-dengungkan “Caring - Sharing - Daring”.

Fidel Ramos masih aktif sebagai Chairman, Co-Chairman, Senior Advisor, Global Advisor, Eminent Person, Honorary Director pada berbagai institusi dan lembaga masyarakat yang tersebar tidak hanya di Filipina akan tetapi juga di seluruh dunia.

Berbincang dengan Fidel Ramos ternyata bukan hanya banyak nasihat yang disampaikan, akan tetapi juga banyak humor yang diceritakannya. Mungkin itulah sebabnya, hingga Sang Presiden masih tetap terlihat “gagah” dan jauh lebih muda dari usia fisiknya.

Presiden Filipina yang ke-12 ini, ternyata juga aktif di United Nation 2030: Global Goals for Sustainable Development, yang sasarannya adalah: “Reduce Inequality within and among Countries”.

Orang Filipina pada umumnya sangat menghormati beliau sebagai salah satu Pahlawan Republik Filipina. Dalam perjuangannya untuk perdamaian dunia, dia masih ditugaskan oleh Pemerintah Filipina sebagai “Special Envoy to the People’s Republic of China".


Diterima Duterte

Pada petang hari Rabu 17 Januari 2018, para peserta “Gathering Senior Retired Defence and Security Chief’s of ASEAN”, diterima oleh Presiden Republik Filipina, Rodrigo Duterte. Presiden tertua yang pernah memegang kekuasaan di Filipina.

Rodrigo Duterte dilahirkan pada bulan Maret tahun 1945. Dengan usia yang telah mencapai 73 tahun, penampilan Presiden Duterte sangat jauh dari kesan seorang yang sudah mencapai usia di atas 70 tahun.

Keberanian dan ketegasannya dalam upaya memberantas para pengedar narkoba di Filipina dengan “tembak mati” ditempat, mirip operasi “petrus” di masa lalu di Indonesia, telah menempatkan Duterte sebagai “the living hero”. Pahlawan penyelamat generasi muda Filipina dari ancaman global paling mutakhir yaitu narkoba.

Dalam menerima delegasi peserta gathering, Presiden Duterte didampingi beberapa petinggi pemerintah, antara lain Menteri Pertahanan, Panglima Angkata Perang, dan Penasihat Presiden.

Istana Malakanyang, aslinya tertulis di pintu gerbang “PALASYO NG MALAKANYANG” yang mulai terkenal sejak kepemimpinan Presiden Marcos, ternyata sebuah Istana yang sederhana.

Foto bersama saat acara Small Gathering of Retired Senior Military Generals of ASEAN? yang berlangsung sejak tanggal 15 hingga 18 Januari 2018.   Pertemuan ini adalah merupakan hasil dari kesepakatan yang telah dicapai antara Pinnacle Club of ASEAN bersama US-China Sanya Initiative, tahun lalu di Bangkok, yang kemudian disetujui oleh Angkatan Perang Philippina untuk berperan sebagai tuan rumah dengan dukungan penuh oleh Sekretariat The Pinnacle Club.Dok Chappy Hakim Foto bersama saat acara Small Gathering of Retired Senior Military Generals of ASEAN? yang berlangsung sejak tanggal 15 hingga 18 Januari 2018. Pertemuan ini adalah merupakan hasil dari kesepakatan yang telah dicapai antara Pinnacle Club of ASEAN bersama US-China Sanya Initiative, tahun lalu di Bangkok, yang kemudian disetujui oleh Angkatan Perang Philippina untuk berperan sebagai tuan rumah dengan dukungan penuh oleh Sekretariat The Pinnacle Club.
Ruang tempat Presiden menerima tamu walau sebagian dilapis karpet mahal, akan tetapi lantai dan dindingnya terbuat dari kayu dan ruangannya sendiri agak sempit. Kayu yang ditata sedemikan rupa dengan tampilan yang sangat jauh untuk dapat dikatakan sebagai “mewah”.

Demikian pula beberapa ruang yang ada di sekitarnya, sebagian besar adalah terdiri dari dinding dan lantai kayu. Salah satu ruangan yang sebagian sisi dindingnya berupa lemari buku, dilengkapi dengan meja dan kursi kayu yang berwarna senada, ternyata adalah ruang kerja Presiden Marcos.

Nuansa Istana Kepresidenan yang sama sekali tidak memberikan kesan megah, apalagi glamour  dan luxurious, diperkuat lagi dengan tampilan Presiden Duterte yang dengan muka terlihat sedikit “agak lelah”, mengenakan celana hitam dan baju putih lengan panjang yang sedikit digulung, telah membuat orang tidak akan merasa berada dalam ruangan sebuah Istana Kepresidenan.

Itu pun masih pula didukung dengan kursi tempat duduk Presiden yang tampak amat sederhana, mirip kursi di ruang kuliah mahasiswa yang dilengkapi dengan meja kecil menempel di pegangan kursi sebelah kanan.

Tidak ada meja di hadapan Presiden, sementara pada meja kecil yang menempel di lengan kursi diletakkan mikrofon kecil untuk membantu Presiden agar tidak harus berbicara keras-keras dalam menyampaikan arahannya kepada siapa saja yang menghadap Presiden.

Pernyataan-pernyataan yang keras dari Presiden Duterte, terutama tentang sikapnya yang sangat terus terang terhadap para pengedar narkoba telah banyak sekali tersebar ke mana-mana, antara lain melalui Youtube.

Pernyataan Presiden Duterte antara lain terhadap negara Amerika Serikat telah mengundang banyak kekaguman para pengikut dan pendukungnya. Sampai kepada, banyak orang kemudian bertanya, apakah Duterte itu seorang pemberani ataukah hanya refleksi dari seorang pemimpin yang “over confidence”?.

Bagi saya pribadi, pertanyaan sejenis itu menjadi kurang penting, karena pada umumnya orang-orang terutama jajaran grass root sangat menyenangi sikap seorang pemimpin yang tampil tegas, tidak ragu-ragu, dan memperlihatkan keberpihakan kepada rakyat dan cita-cita negerinya.

Keberpihakan yang tidak menunjukkan interest apa pun pada kepentingan golongan, kelompok dan pribadi.

Dalam ulasan yang diberikan pada kesempatan menerima kami itu, Duterte menyatakan kekhawatirannya terhadap perkembangan dunia akhir-akhir ini. Dia menjelaskan betapa China yang tengah berkembang pesat dan juga mengenai sikap Putin terhadap apa yang tengah terjadi di Timur Tengah.

Diulas pula mengenai sikap dan gaya kepemimpinan presiden Amerika Serikat Donald Trump. Duterte juga sangat menyayangkan tindakan Amerika Serikat yang dilakukannya satu atau dua dekade terakhir belakangan ini terhadap negara-negara di Timur Tengah, antara lain yang menyangkut Saddam Hussein, tentang Irak, tentang Iran, dan juga Muammar Gaddafi serta Libya.

Pada sisi lainnya, Duterte juga membahas tentang bagaimana perkembangan di Laut China Selatan yang sudah agak mulai memanas, yang tentu saja, karena di dalamnya ada kepentingan Filipina menyangkut wilayah teritorialnya.

Presiden Duterte, menceritakan pula keprihatinan yang amat sangat mengenai kawasan Filipina Selatan yang berbatasan dengan Indonesia, dalam hal ini disebut-sebut wilayah yang sangat berdekatan dengan Sulawesi Utara.

Duterte menceritakan dengan penuh keseriusan tentang pendapatnya mengenai ISIS yang dipahaminya dengan baik, karena sebagai orang Filipina yang berasal dari Selatan, beliau menjelaskan bahwa ibunya adalah seorang Muslim yang taat.

Dari masa kecilnya Duterte sangat memahami tentang apa dan bagaimana orang-orang Muslim di Mindanau. Dalam hal ini tentu saja kekhawatiran dunia berkait ISIS menjadikan Filipina pada posisi yang tidak dapat dikecualikan.

Chappy Hakim berfoto bersama para koleganya di sela-sela acara ?Small Gathering of Retired Senior Military Generals of ASEAN? yang berlangsung sejak tanggal 15 hingga 18 Januari 2018.   Pertemuan ini adalah merupakan hasil dari kesepakatan yang telah dicapai antara Pinnacle Club of ASEAN bersama US-China Sanya Initiative, tahun lalu di Bangkok, yang kemudian disetujui oleh Angkatan Perang Philippina untuk berperan sebagai tuan rumah dengan dukungan penuh oleh Sekretariat The Pinnacle Club.Dok Chappy Hakim Chappy Hakim berfoto bersama para koleganya di sela-sela acara ?Small Gathering of Retired Senior Military Generals of ASEAN? yang berlangsung sejak tanggal 15 hingga 18 Januari 2018. Pertemuan ini adalah merupakan hasil dari kesepakatan yang telah dicapai antara Pinnacle Club of ASEAN bersama US-China Sanya Initiative, tahun lalu di Bangkok, yang kemudian disetujui oleh Angkatan Perang Philippina untuk berperan sebagai tuan rumah dengan dukungan penuh oleh Sekretariat The Pinnacle Club.
Pada uraian yang panjang lebar mengenai perkembangan strategis internasional, maka sampai juga akhirnya Duterte menyebut-nyebut tentang ASEAN, sebagai sebuah Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara.

Presiden Rodrigo Duterte sangat menekankan mengenai bagaimana caranya eksistensi ASEAN dalam kancah global menghadapi perkembangan yang sangat “tidak dapat diduga” itu dapat dilihat sebagai sebuah kekuatan yang sepatutnya disegani.

Berkali-kali Presiden Duterte mengemukakan tentang sudah saatnya ASEAN memikirkan tentang keberadaannya di permukaan bumi ini sebagai sebuah kekuatan tersendri yang harus dapat diperhitungkan.

Duterte sangat mendambakan bahwa ASEAN tidak hanya bergelut dalam masalah-masalah ekonomi, sosial, dan budaya saja akan tetapi sudah harus melibatkan unsur kerja sama militer sebagai sebuah kekuatan kawasan yang terpadu.

Menurut Duterte, dalam perkembangan keadaan sekarang dan ke depan, maka ASEAN tidak akan dilihat orang bila Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara itu tidak mau memulai bekerja sama dalam hubungan pengelolaan kekuatan militernya.

Sebagai seorang politikus yang berlatar belakang Ilmu Hukum, Duterte terkenal pula dengan salah satu pernyataannya yang sangat fenomenal sebagai seorang leader dari sebuah negara.

Dia dengan tegas pernah diberitakan mengatakan tanpa ragu : "I don't care about human rights". Berita yang berkait dalam konteks operasi pembasmian perdagangan obat illegal.

Itulah Duterte dalam pandangannya tentang perkembangan dunia dan hubungannya dengan positioning ASEAN sebagai sebuah perhimpunan bangsa-bangsa.

Akankah pemikiran Duterte tentang kerja sama militer antar negara di kawasan Asia Tenggara yang terhimpun dalam paguyuban ASEAN dapat direspons positif oleh para pemimpin ASEAN  lainnya itu akan menjadi sebuah catatan sejarah penting dalam perkembangan strategis dunia?


Jakarta 20 Januari 2018,
Chappy Hakim

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com