JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang menyebut, ada pihak yang berupaya melemahkan Hanura menjelang pemilu 2019.
Hal itu disampaikannya menanggapi kekisruhan yang terjadi di Hanura saat ini.
"Karena dalam suasana seperti ini, jelang tahun-tahun pemilu, ada niat orang-orang tertentu ingin mengecilkan Hanura, dan mungkin nanti kalau mereka gagal mereka pindah ke partai lain," kata OSO, sapaannya, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/1/2018).
(baca: Kubu Sudding Ungkap Modus Oesman Sapta Minta Mahar ke Calon Kepala Daerah)
Namun, kata OSO, ia akan menindak pihak internal yang terbukti sengaja merusak partainya. Karena itu, ia tak akan memberi toleransi siapapun yang menjadi provokator dalam kekisruhan partainya.
OSO menegaskan, akan langsung memecat kader yang melawannya. Ia mengungkapkan ada sejumlah pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) yang yang dipaksa menandatangani mosi tidak percaya untuk memecatnya.
Pemaksaan itu, kata dia, merupakan pelanggaran yang harus ditindak tegas dengan pemecatan.
(baca: Hanura NTT: Baru Pimpin, Pak OSO Ganti 6 Ketua DPD Tanpa Alasan Jelas)
Saat ditanya rencana penyelenggaraaan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) untuk melengserkannya, OSO menilai, hal tersebut tidak sah sebab harus atas seizinnya.
"Kalau orang sudah merusak partai, tak mau menjaga marwah partai, masa harus dipertahankan lagi, enggak sulit. Sederhana saja, saya mundur atau mereka berhenti. Gitu aja," lanjut OSO.
(baca: Oesman Sapta: Kalau Wiranto Mau Jadi Ketum Hanura Lagi, Saya Kasih)
Sejumlah pengurus Hanura menyampaikan mosi tidak percaya terhadap OSO yang dituduh melakukan pelanggaran AD/ART partai.
Mereka memutuskan untuk memberhentian OSO dari jabatannya atas dasar permintaan dari 27 DPD dan lebih dari 400 DPC.
Wakil Ketua Umum Partai Hanura Marsekal Madya (Purn) Daryatmo ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum hingga digelarnya Munaslub.