Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diperiksa KPK soal Fredrich, Dokter RS Medika Permata Hijau Kebanyakan Tidak Tahu

Kompas.com - 11/01/2018, 20:23 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dokter umum RS Medika Permata Hijau, Michael Chia Cahaya selesai diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi.

Dia diperiksa sebagai saksi terkait kasus dugaan tindak pidana menghalangi dan merintangi penyidikan kasus e-KTP untuk tersangka Setya Novanto, dengan tersangka mantan pengacara Setya Novanto, Fredrich Yunadi.

Michael yang terlihat di KPK sekitar Kamis (11/1/2018) pukul 09.30 WIB itu baru keluar pukul 18.43 WIB. Ini artinya kurang lebih sembilan jam dia berada di KPK.

Setelah keluar dari gedung KPK Michael tak berkomentar seputar pemeriksaannya. Dia juga lebih banyak menjawab tidak tahu dan menolak berkomentar soal perkara ini.

Pria berkaca mata dengan baju kemeja biru itu lebih banyak tidak tahu dan tidak menjawab. Misalnya, dia tidak tahu soal dugaan Fredrich membooking kamar perawatan untuk Novanto.

"Enggak tahu, enggak tahu ya," kata Michael, Kamis malam.

Dia tak menjawab jelas ketika ditanya apakah saat Novanto dibawa ke RS itu karena kasus kecelakaan, dia berjaga di IGD.

(Baca juga: Ketua KPK: Dokter dan Penasehat Hukum Tak Boleh Langgar Kode Etik)

KPK sebelumnya menyatakan, saat Novanto dibawa ke RS tersebut, tidak lebih dulu ke IGD melainkan langsung ke kamar VIP.

"Apa benar booking satu lantai itu dok?" tanya wartawan.

"Enggak ada komentar ya," ujar Michael.

Ia mengaku tak tahu kebenaran mengenai kondisi kesehatan Novanto pasca kecelakaan itu.

"Enggak tahu saya, terima kasih," ujarnya sambil berjalan ke sebuah taksi yang menunggu di depan KPK.

Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, secara umum KPK memeriksa Michael untuk melihat peristiwa pada saat Novanto dibawa ke RS tersebut.

"Tentu kita gali juga misalnya ketika seseorang mengalami kecelakaan, kalau benar itu kecelakaan, apakah tepat langsung dibawa ke ruang VIP, tidak di IGD," ujar Febri.

Febri mengatakan, KPK menduga Novanto setelah kecelakaan tidak dibawa ke IGD untuk dilakukan tindakan medis, melainkan langsung ke ruang VIP.

"Apakah itu tepat, tentu kita perlu juga melakukan kroscek dan pendalaman, temasuk juga soal peristiwanya," ujar Febri.

Kompas TV Pasca ditetapkannya dokter yang menangani Setya Novanto, dr. Bimanesh Sutardjo sebagai tersangka oleh KPK, IDI masih mengusut secara internal kasus ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Nasional
Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Nasional
Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Nasional
Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Nasional
Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Nasional
Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Nasional
Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Nasional
Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com