Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Algooth Putranto

Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI).

Menilik Pilpres 2019 Lewat Pilkada Jateng 2018

Kompas.com - 11/01/2018, 07:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Empat isu menghadang Ganjar

Ada empat isu yang potensial diramaikan yaitu proyek semen di Rembang dan Pati, kasus E-KTP, ketidakpuasan aturan alat tangkap di kalangan nelayan, dan harmonisasi mitra koalisi.

Pertama, isu proyek semen. Hemat saya, isu ini  tidak akan terlalu berpengaruh karena kuantitas gerakan masyarakat Kendeng cenderung mengecil.

Apakah berpotensi dikelola rival politik? Saya melihat akan sulit bagi rival Ganjar untuk mengambil risiko, misalnya dengan mereplikasi strategi janji palsu menghentikan reklamasi Teluk Jakarta.

Kedua, isu e-KTP. Saya cenderung melihat isu E-KTP akan digoreng rival politik untuk mendegradasi kepercayaan publik terhadap Ganjar yang namanya selalu santer disebut, bahkan sempat masuk dalam surat dakwaaan terhadap bekas Ketua DPR RI Setya Novanto.

Sementara, isu ketiga yaitu ketidakpuasan aturan alat tangkap jenis cantrang di kalangan nelayan pun akan terus digarap rival politik.  Salah satu basis politik partai pendukung rival berada di wilayah pesisir utara dan selatan Jateng.

Dalam hal ini Ganjar akan sangat berharap pada peran Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti sebagai regulator karena Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Nomor 2 Tahun 2015 tentang Larangan Penggunaan Cantrang akan berlaku efektif per awal tahun ini.

Oktober 2017, Ganjar sudah sempat meminta penundaan penerapan pelarangan dengan alasan belum tuntasnya pembagian pengganti cantrang. Sayangnya, hingga saat ini KKP tetap bersikukuh melarang cantrang.

Jika kemudian demonstrasi nelayan berpotensi sulit dikendalikan, Ganjar punya Taj Yasin yang notabene adalah putra KH Maimoen Zubair, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang yang dikenal memiliki nama besar di Pantura. Yasin diharapkan mampu meredam gejolak para nelayan.

Bagi pendukung gerakan Kendeng, nama KH Maimoen Zubair tentu bukan hal yang asing karena Ketua Dewan Syuro PPP itu tegas mendukung pembangunan pabrik semen milik PT Semen Indonesia di Rembang.

Selanjutnya, isu terakhir adalah harmonisasi mitra. Ini bukan persoalan kecil. Benar bahwa untuk pilgub kali ini Ganjar-Yasin didukung koalisi PDI, Nasdem, Demokrat, Golkar, dan PPP dengan total kursi dukungan mencapai 58 kursi DPRD.

Maju menggandeng gerbong besar adalah tantangan tersendiri mengingat pada Pilgub sebelumnya pasangan Ganjar Pranowo- Heru Sudjatmiko hanya didukung PDI Perjuangan saat menghadapi petahana Bibit Waluyo (sebelumnya didukung PDI) maupun mantan kader PDI, Don Murdono.

Jika ingin berkaca pada sejarah panjang PDI Perjuangan di Jawa Tengah, tanpa perlu partai lain pun Jateng adalah kandang Banteng. Karena praktis, dalam Pilgub se-Jawa dan Bali tahun 2013, hanya Jateng yang sanggup direbut PDI Perjuangan.

Sejak pemilu Indonesia pada 1955, Jateng adalah lumbung suara bagi partai beraliran nasionalis yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI). Tradisi ini terus berlanjut hingga PNI dipaksa berfusi dengan partai nasionalis lain, Kristen, dan Katolik menjadi PDI di masa Orde Baru yang kemudian pada masa reformasi menjadi PDI Perjuangan.

Sejak Pemilu 1999 hingga Pileg 2014, partai berlogo banteng moncong putih adalah kekuatan dominan di Jateng. Tak satupun partai sanggup menggusur termasuk ketika Partai Demokrat berhasil menang pemilu nasional pada 2004 dan 2009.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Nasional
IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

Nasional
Yusril Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Yusril Sebut "Amicus Curiae" Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Nasional
ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

Nasional
Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Nasional
Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Nasional
Menerka Nasib 'Amicus Curiae' di Tangan Hakim MK

Menerka Nasib "Amicus Curiae" di Tangan Hakim MK

Nasional
Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Nasional
Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Nasional
Sejauh Mana 'Amicus Curiae' Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Sejauh Mana "Amicus Curiae" Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Nasional
Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Nasional
TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

Nasional
Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Nasional
Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com