JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo terus berupaya meningkatkan sektor perekonomian di Indonesia.
Namun, ia mengaku heran mengapa perekonomian Indonesia tak dapat meningkat secara cepat. Padahal, sejumlah indikator menunjukkan perbaikan yang signifikan.
"Kalau diibaratkan orang, kita ini baik semuanya. Kolesterol baik, jantung baik, paru-paru baik, darah tinggi enggak ada. Tapi kok enggak bisa berlari cepat?" ujar Jokowi, saat berpidato pada rapat terbatas membahas peningkatan investasi dan perdagangan di Istana Merdeka, Jakarta pada Jumat (5/12/2017).
"Ini problemnya harus dicari. Enggak perlu obat, tapi problemnya harus segera dicari sebelah mana," lanjut dia.
Baca: Wapres Sebut Pertumbuhan Ekonomi Belum Sesuai Harapan, Ini Kata Menko Darmin
Jokowi mencontohkan, Bank Dunia menempatkan Indonesia pada peringkat 72 dalam hal ease of doing business. Tahun 2014, Indonesia diketahui berada di peringkat 120.
Sejumlah lembaga pemeringkat internasional juga menempatkan Indonesia sebagai negara layak investasi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), lanjut Jokowi, juga menunjukkan berada pada level yang baik. Tercatat, saat penutupan perdagangan 2017, IHSG berada pada level 6.355,65.
Baca: 56 Persen Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Disumbang oleh Konsumsi
"Itu semuanya loncatan yang sangat besar sekali. Kita jangan sampai kehilangan momentum," ujar Jokowi.
Oleh karena itu, Jokowi akan fokus dan konsentrasi ke peningkatan investasi dan perdagangan luar negeri (ekspor). Baik di bidang industri, ESDM, kesehatan, pendidikan, industri pertahanan, pertanian dan kelautan perikanan.
"Semuanya harus satu garis, satu arah sehingga problem-problem yang dihadapi di lapangan bisa kita tangani dengan baik," ujar Jokowi.