Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prediksi Kapolri soal Gangguan Keamanan Saat Pilkada Serentak 2018

Kompas.com - 29/12/2017, 15:44 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu potensi gangguan keamanan yang diprediksi akan terjadi pada 2018 yakni Pemilihan Kepala Daerah Serentak pada pertengahan 2018.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan, potensi tersebut bisa dirasakan bahkan sejak awal tahun, yakni sejak para pasangan calon mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum. Kemudian dilanjutkan dengan rangkaian kampanye.

Saat itulah, kata Tito, masyarakat mulai terpecah karena dukungan politiknya.

"Namanya pilkada, pasti terjadi polarisasi masyarakat. Polarisasi ini positif saja karena memang bagian dari demokrasi untuk memilih pemimpin," kata Tito dalam paparan Kinerja Polri 2017 di Rupatama Mabes Polri, Jakarta, Jumat (29/12/2017).

Namun, di sisi lain, polarisasi masyarakat berpotensi menciptakan konflik. Ada potensi pergesekan di masyarakat antara pendukung pasangan calon satu dengan lainnya.

"Saat pendaftaran calon, ada pengerahan massa, gesekan antarpendukung, dukungan ganda, dualisme parpol, dan sebagainya," kata Tito.

(Baca juga: Anggaran Pengamanan Pilkada Rp 2,17 Triliun, Apa Kata Mendagri?)

Selanjutnya, saat penetapan pasangan calon oleh KPU, diperkirakan muncul protes dari bakal calon yang tidak lolos sehingga rawan tindak kekerasan dan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Di tahapan ini, keraguan akan netralitas KPU pun muncul, sehingga banyak aksi demonstrasi.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dalam paparan Kinerja Polri 2017 di Rupatama Mabes Polri, Jakarta, Jumat (29/12/2017).KOMPAS.com/AMBARANIE NADIA Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dalam paparan Kinerja Polri 2017 di Rupatama Mabes Polri, Jakarta, Jumat (29/12/2017).
Tahapan berikutnya adalah masa kampanye. Dalam tahapan ini, Polri mengantisipasi adanya gesekan antarpendukung, politik uang, manuver politik petahana, serta kampanye hitam dengan isu SARA atau hoaks.

Berikutnya, saat pemungutan suara, hal yang perlu diantisipasi adalah perusakan tempat pemungutan suara dan terhambatnya logistik pemilu.

"Tahapan hitung suara, potensi ada aksi kekerasan massa yang kalah dan bentrok antarmassa pendukung," kata Tito.

(Baca juga: Di Semarang, Jokowi Ingatkan Polri untuk Netral pada Pilkada 2018)

Tahapan berikutnya, yakni saat KPU menetapkan pasangan calon terpilih. Polisi harus mengantisipasi adanya kekecewaan pendukung yang kalah.

Tito mengatakan, pasti ada saja penolakan warga terhadap pasangan calon kepala daerah terpilih dilanjutkan dengan aksi unjuk rasa.

Pasca-penetapan pasangan calon terpilih, biasanya calon yang kalah akan mengajukan sengketa perselisihan ke Mahkamah Konstitusi.

"Dalam tahap ini juga ada pengerahan massa, intimidasi, unjuk rasa dan bentrok antarpendukung," kata Tito.

Begitu pasangan calon terpilih sudah disahkan, ancaman gangguan keamanan belum tentu langsung hilang. Tito mengatakan, masih ada kemungkinan penolakan pengesahan tersebut disertai dengan pengerahan massa.

Kompas TV Apakah pencalonan anggota Polri dan TNI ini mengindikasikan sebuah tren kembalinya institusi ini di ranah politik praktis?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Nasional
Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25-30 Juta

Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25-30 Juta

Nasional
Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Nasional
Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho, Jelang Disidang Dewas KPK Karena Masalah Etik

Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho, Jelang Disidang Dewas KPK Karena Masalah Etik

Nasional
Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Nasional
PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

Nasional
Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Nasional
Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Nasional
TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P 'Happy' di Zaman SBY...

TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P "Happy" di Zaman SBY...

Nasional
KPK Belum Terima Salinan Resmi Putusan Kasasi yang Menang Lawan Eltinus Omaleng

KPK Belum Terima Salinan Resmi Putusan Kasasi yang Menang Lawan Eltinus Omaleng

Nasional
'Groundbreaking' IKN Tahap Keenam: Al Azhar, Sekolah Bina Bangsa, dan Pusat Riset Standford

"Groundbreaking" IKN Tahap Keenam: Al Azhar, Sekolah Bina Bangsa, dan Pusat Riset Standford

Nasional
Karpet Merah Parpol Pengusung Anies untuk Prabowo...

Karpet Merah Parpol Pengusung Anies untuk Prabowo...

Nasional
Cinta Lama Gerindra-PKB yang Bersemi Kembali

Cinta Lama Gerindra-PKB yang Bersemi Kembali

Nasional
PKB Beri Sinyal Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin Dinilai Ingin Amankan Kursi Ketum

PKB Beri Sinyal Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin Dinilai Ingin Amankan Kursi Ketum

Nasional
Jokowi Teken Keppres, Tunjuk Bahlil Jadi Ketua Satgas Percepatan Swasembada Gula

Jokowi Teken Keppres, Tunjuk Bahlil Jadi Ketua Satgas Percepatan Swasembada Gula

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com