Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Operasi Lanjutan, Novel Baswedan Belum Bisa Pulang hingga 2018

Kompas.com - 27/12/2017, 15:50 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, telah menjalani perawatan medis di Singapura selama 257 hari atau sekitar delapan bulan.

Selama itu, Novel Baswedan melakukan rangkaian pengobatan mata yang rusak parah akibat disiram air keras.

Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, perawatan mata Novel, khususnya mata kirinya, masih belum tuntas. Novel diperkirakan belum dapat kembali ke Tanah Air hingga tahun depan.

"Kemungkinan tahun depan Novel masih terpisah dengan keluarga dan koleganya karena belum dapat kembali ke Indonesia," ujar Febri melalui pesan singkat, Rabu (27/12/2017).

(Baca juga: Awal Februari, Novel Baswedan Akan Jalani Operasi Kornea Artifisial)

Mata kiri Novel mengalami kerusakan hingga 95 persen. Sejak dirawat di rumah sakit di Singapura, ia telah menjalani dua kali operasi.

Operasi pertama untuk memasang jaringan gusi yang akan menutupi bagian putih mata. Karena pertumbuhan belum maksimal, dilakukan operasi kedua.

Juru bicara KPK Febri Diansyah saat memberikan keterangan di gedung KPK, Jakarta Selatan, Senin (20/11/2017).KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO Juru bicara KPK Febri Diansyah saat memberikan keterangan di gedung KPK, Jakarta Selatan, Senin (20/11/2017).
Febri mengatakan, saat ini pertumbuhan di bagian putih belum maksimal.

"Padahal, bagian ini berfungsi memasok 'makanan' pada bagian hitam mata," kata Febri.

Sementara itu, operasi bagian hitam mata baru dapat dilakukan setelah pertumbuhan bagian putih mata kiri maksimal.

"Diperkirakan masih butuh waktu satu sampai dua bulan lagi sebelum operasi bagian hitam," ujarnya.

(Baca juga: Upaya Polisi yang Belum Juga Mampu Menguak Misteri Penyerangan Novel)

Terkait kasus penyiraman air keras yang ditangani Polda Metro Jaya, KPK belum mendapatkan informasi yang signifikan. Terakhir, Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Aziz menunjukkan sketsa baru terduga pelaku penyerangan Novel.

Hingga kini, KPK masih menunggu perkembangan pencarian dua orang dari sketsa tersebut.

"Kami harap pelaku ditemukan dan diproses serta peristiwa penyerangan dapat segera diungkap agar teror, ancaman, dan serangan terhadap pihak-pihak yang memberantas korupsi tidak terjadi lagi ke depan," kata Febri.

Kompas TV KPK dan Polda Metro Jaya menggelar konferensi pers terkait kasus penyiraman yang menimpa Novel Baswedan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi Ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi Ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com