Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setya Novanto, Kasus Hukum, dan Kisahnya di Panggung Politik

Kompas.com - 24/12/2017, 06:00 WIB
Nabilla Tashandra, Abba Gabrillin

Penulis

Drama Novanto dalam kasus e-KTP

Ruang gerak Novanto menjadi terbatas sejak namanya disebut dalam dakwaan jaksa KPK terhadap dua terdakwa mantan pejabat di Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri, Irman dan Sugiharto.

Novanto diduga menjadi salah satu aktor utama kasus korupsi proyek pengadaan Kartu Tanda Penduduk berbasis elektronik (e-KTP).

Pada 17 Juli 2017, ia ditetapkan KPK sebagai tersangka dalam kasus ini. Penetapan ini dibatalkan setelah Novanto memenangi gugatan praperadilan yang diajukannya.

Baca juga: Kronologi Novanto Tersangka hingga Status Tersangkanya Dibatalkan

KPK kembali menetapkan Novanto sebagai tersangka pada 10 November 2017. Berulang kali dipanggil menjalani pemeriksaan, Novanto mangkir.

"Drama kejar-kejaran" sempat terjadi. KPK menyambangi kediaman Novanto di Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada 15 November 2017. Ia tak berada di kediamannya. Bahkan, keluarga dan kerabat mengaku tak mengetahui keberadaannya.

Keberadaan Novanto terkuak saat mobil yang ditumpanginya dalam perjalanan ke Studio Metro TV  mengalami kecelakaan pada 16 November 2017.

Novanto sempat dirawat di RS Medika Permata Hijau sebelum akhirnya dipindahkan ke RSCM. KPK resmi menahannya pada 17 November 2017 di Rutan Negara Klas I Jakarta Timur Cabang KPK.

KOMPAS.com Kronologi perkara Setya Novanto
Upaya praperadilan sempat ditempuh Novanto, namun gugur karena kasus e-KTP sudah disidangkan di Pengadilan Tipikor. 

Baca juga: Setelah Drama di Awal Sidang, Dakwaan Setya Novanto Akhirnya Dibacakan

Kasus e-KTP pula yang menghentikan sepak terjangnya di Senayan. Pengunduran dirinya dikabulkan DPR. Fadli Zon ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas Ketua DPR RI karena Golkar belum menunjuk pengganti Setya Novanto.

DPR terseok

Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen ( Formappi) Lucius Karus menilai, kinerja DPR di bawah kepemimpinan Setya Novanto dengan segala kontroversinya, menjadi tidak menentu. Kinerja legislasi jeblok.

"Tiga tahun terseok-seok di antara rencana (legislasi) yang terlalu ambisius dengan hasil yang merana," kata Lucius, saat dihubungi, Rabu (20/12/2017).

Baca juga: Kinerja DPR RI Saat Ini Dinilai Terburuk? (Bag 1)

Selain Novanto yang bolak-balik mengisi posisi Ketua DPR, kasus-kasus korupsi lainnya juga menambah suasana hiruk pikuk di DPR.

Peneliti Formappi Lucius Karus dalam sebuah acara diskusi di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (18/11/2017).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Peneliti Formappi Lucius Karus dalam sebuah acara diskusi di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (18/11/2017).
Lucius menilai, capaian legislasi pada periode ini amat memprihatinkan dengan hanya menyelesaikan 19 RUU dalam tiga tahun dari daftar RUU prioritas.

Kinerja di bidang pengawasan juga tak kalah memprihatinkan. Fungsi pengawasan tumpul karena cengkeraman kekuatan politik yang mengharuskan keputusan selalu didahului kompromi.

"Pansus pengawasan lebih didorong untuk memperjuangkan kepentingan politik kelompok atau DPR secara umum," kata Lucius.

Pergantian Ketua DPR diharapkan menjadi momentum bagi Golkar dan DPR untuk berkomitmen menciptakan iklim demokrasi yang sehat.

Integritas menjadi kunci dalam menentukan sosok yang akan mengisi posisi Ketua DPR.

"Jika Setnov merupakan simbol kegagalan Golkar menempatkan kader terbaik di posisi strategis DPR, maka pengganti Novanto semestinya merupakan antitesa dari sosok Novanto,” kata Lucius.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Nasional
Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Nasional
Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Nasional
Mardiono Sebut Ada Ajakan Informal dari PAN dan Golkar Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran

Mardiono Sebut Ada Ajakan Informal dari PAN dan Golkar Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Jokowi Bertemu Bos Apple di Istana Besok Pagi, Akan Bahas Investasi

Jokowi Bertemu Bos Apple di Istana Besok Pagi, Akan Bahas Investasi

Nasional
Otto Hasibuan Sebut Kubu Anies dan Ganjar Tak Mau Tahu dengan Hukum Acara MK

Otto Hasibuan Sebut Kubu Anies dan Ganjar Tak Mau Tahu dengan Hukum Acara MK

Nasional
Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Nasional
Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Nasional
Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
Kubu Anies-Muhaimin: Ada Fakta Tak Terbantahkan Terjadi Nepotisme Gunakan Lembaga Kepresidenan

Kubu Anies-Muhaimin: Ada Fakta Tak Terbantahkan Terjadi Nepotisme Gunakan Lembaga Kepresidenan

Nasional
Tim Hukum Anies-Muhaimin Sampaikan 7 Fakta Kecurangan Pilpres di Dalam Dokumen Kesimpulan

Tim Hukum Anies-Muhaimin Sampaikan 7 Fakta Kecurangan Pilpres di Dalam Dokumen Kesimpulan

Nasional
Pasca-serangan Iran ke Israel, Kemenlu Terus Pantau WNI di Timur Tengah

Pasca-serangan Iran ke Israel, Kemenlu Terus Pantau WNI di Timur Tengah

Nasional
Temui Megawati, Ganjar Mengaku Sempat Ditanya karena Tak Hadiri 'Open House' di Teuku Umar

Temui Megawati, Ganjar Mengaku Sempat Ditanya karena Tak Hadiri "Open House" di Teuku Umar

Nasional
Kubu Prabowo-Gibran Kritik Megawati Ajukan 'Amicus Curiae' ke MK

Kubu Prabowo-Gibran Kritik Megawati Ajukan "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com