JAKARTA, KOMPAS.com — Tak henti-hentinya kader Golkar dibuat terpingkal oleh pidato Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Musyawarah Nasional Luar Biasa di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Senin (18/12/2017).
Namun, dalam pidato yang banyak diselingi tawa itu, sejatinya ada banyak kode yang disampaikan Jokowi kepada partai berlambang beringin tersebut.
Kode tersebut menyiratkan betapa pentingnya Golkar bagi Jokowi dalam memuluskan jalannya pemerintahan yang dinakhodai Jokowi, juga bagi mulusnya mantan Wali Kota Solo itu kembali melenggang lolos hingga ke periode kedua.
Pesan politik pertama terlihat saat sang Presiden, yang adalah kader PDI-P, tetap berdiri kala kader Golkar menyanyikan himne dan pembacaan ikrar.
Padahal, ia duduk dekat presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri, yang juga Ketua Umum PDI-P. Megawati memilih duduk.
Baca juga: Saat Ribuan Kader Golkar Dibuat "Ngakak" Jokowi Berkali-kali
Saat itu secara tak langsung seolah Jokowi hendak menunjukkan kepada semua kader Golkar sekaligus kepada Megawati bahwa Golkar amat penting baginya, bahwa ia menaungi dan mengakomodasi dua partai besar tersebut.
Aksi Jokowi yang tetap berdiri itu diapresiasi langsung oleh Ketua Harian Partai Golkar Nurdin Halid saat laporan penyelenggaraan Munaslub.
"Ketika himne dan ikrar, beliau tidak duduk, itu namanya toleransi," ujar Nurdin yang lantas disambut tepuk tangan semua kader Golkar yang hadir di sana.
Politik Nasional
Kode Jokowi buat Golkar tidak hanya berhenti di situ. Dalam pidato sambutannya, Jokowi kembali menyiratkan sejumlah kode.
Di hadapan Megawati, tanpa canggung, Jokowi memuji Golkar setinggi langit sebagai partai yang kekuatan kadernya paling merata di seluruh Indonesia.
Bahkan, ia mengaku konflik di internal Golkar punya pengaruh bagi politik nasional.
"Jika internal Golkar ramai, tidak bagus untuk Golkar dan untuk politik nasional," ucap Jokowi.
(Baca juga: Jokowi Putuskan Nasib Airlangga di Kabinet Setelah Munaslub Golkar)
Namun, seolah seperti tak hendak melupakan partainya, Jokowi mencoba mengangkat PDI-P.
Hal itu disampaikan Jokowi terkait kekhawatiran Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto atas hasil survei dengan Golkar berada di posisi ketiga di bawah PDI-P dan Gerindra.