AKHIR-AKHIR ini, bermacam jenis bencana singgah di Tanah Air. Mulai dari Gempa (Sukabumi), banjir (Medan dan Jogjakarta), banjir bandang (Pacitan dan Lombok Timur), gunung meletus (Gunung Agung, Bali), puting beliung (Sidoarjo), dan beberapa bencana lainnya terjadi tanpa mengenal musim.
Karena Indonesia bagian dari kepulauan yang secara geografis terletak di antara tiga lempeng besar (Eurasia, Indoaustralia, dan Pasifik), negeri ini rentan akan bencana alam.
Selain itu, Indonesia juga masuk dalam zona ring of fire sehingga kemungkinan bencana bisa saja terjadi.
Semua faktor itu tentunya mengakrabkan negara ini dengan berbagai kemungkinan bencana yang ada, di mana masyarakat perlu lebih bersahabat dengan alam.
Bencana multihazard sudah sering menjadi wacana dan pertimbangan untuk diikutsertakan dalam semua perencanaan teknis di tingkat industri maupun pembangunan.
Perihal kesehatan dan keselamatan kerja dan lingkungan hidup (K3LH), manajemen risiko bencana, safety fire protection, maupun penanggulangan risiko bencana menjadi perhatian khusus yang tidak dikesampingkan para pelaku pembangunan.
Juga menjadi perhatian khusus karena bencana alam yang tergolong dalam bencana tipe rapid onset (kejadian berlangsung cepat) memiliki total kontribusi persentase kematian hingga kurang lebih 13 persen (Wisner, 2003).
Untuk tingkat pekerjaan dan lapangan, Indonesia telah sangat memperhatikan aspek K3LH (Kesehatan, Keselamatan, Kerja dan Lingkungan Hidup) untuk pekerja-pekerjanya.
Hal itu bisa dilihat dari sistem manajemen K3LH yang telah menjadi aspek utama di ranah industri Indonesia di mana rambu-rambu K3 telah terpasang secara rapi dan inspeksi juga audit terkait keselamatan kerja rutin diadakan.
Namun, perencanaan dan pembangunan yang melibatkan aspek K3LH dan pertimbangan terhadap desain sesuai perilaku bencana pun tak cukup.
Pada akhirnya, masyarakatlah yang secara langsung merespons ketika terjadi bencana. Dalam hal ini, kesiapsiagaan melalui pendidikan dan pelatihan menjadi bagian daripada upaya preventif sebelum memakan korban.
Hal tersebut telah disampaikan oleh Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla dalam acara World Tsunami Awareness (2016) bahwa "Awareness ini artinya kesiapan atau kehati-hatian. Jadi yang kita harapkan adalah memasyarakatkan persiapan apabila ada bencana. Persiapan diri mendidik."
Mencegah sebelum dan selagi bencana
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).
Untuk hal semacam itu, Indonesia memiliki Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Badan ini juga memiliki rantai terkecil, yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang bisa menjadi wadah kuat dalam masalah kebencanaan di Indonesia.