Meski begitu, ada juga beberapa warga yang belum mengungsi. Agung mengatakan, warga yang belum mengungsi beralasan bahwa kondisi Gunung Agung masih cukup aman.
"Memang betul ada beberapa masyarakat yang masih bertahan di wilayahnya itu. Terutama orang yang hidup di tahun 1963, karena Gunung Agung terakhir meletus tahun 1963," kata Agung.
(Baca juga : Gunung Agung Kembali Semburkan Abu Vulkanik Sejauh 12 Kilometer)
Meski terus mendapat penolakan, namun polisi terus mengimbau agar warga bisa segera mengungsi.
Salah satu warga yang masih menetap di rumahnya yaitu Gede Suwanda. Ia mengatakan, dirinya sempat tinggal di pengungsian, namun tidak betah. Selain itu, ia memperkirakan rumahnya masih cukup aman untuk ditinggali.
"Suasana di Gunung Agung masih seperti ini aja dari dulu. Itulah penyebabnya kami di rumah," kata Gede.
Kasat Sabhara Polres Karangasem AKP I Nengah Sukerna menyampaikan bahwa rumah Gede berada di kawasan paling rawan.
Ia khawatir jika sewaktu-waktu Gunung Agung kembali erupsi atau malah meletus. Namun, Gede bersikeras dengan pendiriannya.
"Saya selaku masyarakat berterimakasih pak. Tapi kami kan punya analisa dan logika tersendiri sehingga kami kembali ke rumah," kata Gede.
Tim patroli kemudian bertolak ke tempat lain, masih di desa yang sama. Tim berhenti di sebuah rumah yang bersisian dengan pura kecil. Sekitar sepuluh pria masih tinggal di sana.
Salah satu warga bernama I Gusti Gede Asta mengaku masih bertahan untuk menjaga pura dan patung.
Gusti dan beberapa pria lainnya sudah memiliki kartu pengungsi. Namun, saat ini, ia meyakini bahwa menjaga pura lebih penting daripada berada di tempat pengungsian.
(Baca juga : Tindakan Pertama yang Harus Dilakukan Warga jika Gunung Agung Erupsi)
Jika sewaktu-waktu aktivitas Gunung Agung meningkat, ia memastikan akan segera ke tempat pengungsian.
"Apabila terjadi sesuatu mungkin kami akan lari ke tempat pengungsian," kata Gusti.
Namun, Nengah memberi gambaran bahwa kecepatan awan panas yang membawa abu vulkanik sangat tinggi. Kecepatannya sekitar 300-400 kilometer perjam.
Kalaupun segera pergi untuk menyelamatkan diri dengan sepeda motor atau kendaraan lainnya, tidak akan terkejar untuk mencapai tempat pengungsian.
"Sejauh mana bapak lari bawa motor, bawa kendaraan, masih kalah dengan kecepatan awan. Kami tetap berupaya dan imbau demi keselamatan bapak, memang mengungsi," kata Nengah.
Namun, bujukan Nengah tak berhasil. Warga tersebut tetap tinggal menjaga pura dan rumah mereka.
Patroli selesai sekitar pukul 23.00 WITA. Tim memastikan bahwa kondisi desa yang ditinggalkan masih aman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.