Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lewat #1nDONEsia, Anak Muda Cerdas Bermedia Sosial

Kompas.com - 08/12/2017, 14:55 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - "Lho ojo dipangan sik (segane). Kowe ngerasake ora segane kenyel-kenyel? (Lho, jangan dimakan dulu Kamu ngerasa enggak, nasinya kenyal?),"ujar seorang pemuda kepada kawannya saat makan siang.

"Heeh. Kenapa emange?" (Iya. Kenapa emangnya?) jawab si kawan.

"Iki lho, aku oleh broadcast seko koncoku. Jebul, sego iki seko beras plastik. (Ini lho, aku dapat broadcast dari temanku. Ternyata, nasi ini dari beras plastik)," ujar si pemuda yang mendapat broadcast.

Hanya berdasar informasi dari broadcast, keduanya memutuskan untuk tidak melanjutkan makan. Berdua akhirnya meninggalkan meja dan beralih mencari menu pengganti, mie ayam.

Selama berhari-hari, mereka tidak mengasup nasi lantaran takut mengonsumsi beras plastik. Hingga suatu ketika, salah seorang diantaranya terlihat sangat lemah tak berdaya.

"Bro ngapuroni yo (Bro, maafin ya)," kata si kawan dari pemuda yang mendapat informasi dari broadcast.

Seorang narator muncul usai adegan memilukan itu. Dia menyampaikan bahwa menyebarkan berita hoaks bisa berakibat fatal. Ia pun mengajak penonton berfikir, bagaimana jika tidak langsung menyebarkan berita hoaks.

Adegan selanjutnya kilas balik ke kejadian makan siang, namun dengan perubahan skenario. Si pemuda yang mendapat broadcast beras plastik tadi, tidak langsung mengabarkan kepada si kawan.

Apa yang dia lakukan tak lain adalah mengecek kebenaran informasi yang didapat dengan sumber lain yang terpercaya.

"Sik-sik ya, golek neng Google. Oke Mbah Google, apakah beras plastik itu ada?" penelurusan pun dimulai.

Muncullah informasi mengenai klarifikasi isu beras plastik. Setelah mendapat informasi dari sumber yang lebih kredibel, keduanya pun merasa tenang dan melanjutkan makan siang dengan menu nasi telur.

"Yo jelas iki aman. Beras plastik nek digodok kan mlonyot (Ya jelas ini aman. Beras plastik kalau dimasak kan meleleh)," kata si kawan.

Video berdurasi empat menit tiga belas detik berjudul "Hoaxmogenesis" itu merupakan satu dari enam video terpilih dalam program yang digelar YouTube Creators for Change dan Ma'arif Institute, yaitu #1nDONEsia: Cerdas Bermedia Sosial.

Video maker-nya adalah anak-anak muda dari Semarang, yang masih duduk dibangku sekolah menengah atas, terdiri dari SMK Negeri 7 Semarang, SMA Negeri 7 Semarang, SMA Negeri 6 Semarang, dan SMA Kolese Loyola Semarang.

Selain "Hoaxmogenesis", lima video terpilih yaitu Beda Bahasa Beda Budaya Tapi Tetap Indonesia (Jakarta), Mengapa Perbedaan Memisahkan Kita (Yogyakarta), Egoku (Bandung), Majemuk (Surabaya), dan Indonesia Bhinneka! (Bandung) sebagai video favorit pilihan dewan juri.

Halaman:



Terkini Lainnya

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com